Jika BBM 'Kiamat', Pertamina Mungkin Bisnis Obat-obatan?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
10 August 2022 10:50
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus berikhtiar untuk membukukan kinerja yang positif. Pada triwulan pertama tahun 2021 ini, PT KPI sukses mencatatkan kinerja operasi yang jauh melampaui target RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan).
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan bahan Bakar Minyak (BBM) pada kendaraan akan segera punah dibarengi dengan maraknya penggunaan listrik dan gas untuk kendaraan. Belakangan, penggunaan energi yang ramah lingkungan sedang digenjot oleh pemerintah Indonesia.

Saat ini Indonesia pun sudah memasuki masa transisi energi dari penggunaan energi fosil seperti BBM maupun batu bara ke energi baru terbarukan (EBT). Hal itu untuk mendukung upaya dunia bahkan Indonesia menuju net zero emission (NZE) atau netral karbon yang ditargetkan bisa tercapai pada tahun 2060.

Lalu, apabila BBM sudah tidak lagi digunakan, bagaimana dengan bisnis PT Pertamina (Persero) selaku Badan Usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak disektor minyak dan gas bumi (migas) baik di hulu maupun hilir?

Nah, salah satu yang akan dilakukan Pertamina adalah berbisnis petrokimia melalui produk olahan petrokimia. Seperti yang diketahui, Pertamina sendiri saat ini sedang menggenjot pembangunan Kilang Petrokimia. Salah satu kilang yang paling fleksibel adalah Kilang TPPI.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan, bahwa sumber daya alam Indonesia masih banyak yang bisa di improve, apalagi jika memiliki teknologi.

"Petrokimia ini bisa untuk bahan baku farmasi. Sebagaimana diketahui bahan baku obat-obatan dikuasai beberapa negara, kita harus cari teknologinya sekarang, kalau perlu bawa investornya ke sini supaya kita mandiri di bahan obat-obatan. Di masa pandemi ini obat-obatan menjadi kunci," ungkap Nicke, Senin (8/8/2022).

Nicke mengatakan bahwa saat ini, produsen obat-obatan tidak mau berbagi teknologi. Oleh karena itu dengan sumber daya alam yang dimiliki, pihaknya akan mencari teknologi untuk bisnis di masa depan.

"Hari ini teknologi kilang kita sudah sepuh, harus di upgrade karena sekarang ini baru bisa menghasilkan EURO 2, sudah tidak digunakan," ungkap dia.

Dalam catatan Pertamina, Kilang Petrokimia ini ditarget bisa melakukan produksi sampai dengan 8000 kilo ton per Annum (KTPA). Untuk Kilang Methanol, sindikasi dan studi sedang dilakukan untuk dapat menambah kapasitas produksi Methanol dari Pertamina.

Diantara proyek kilang petrokimia Pertamina adalah: Pertama, Petroleum to Pharmaceutical: Yakni pembangunan pabrik bahan baku paracetamol, yaitu para-aminphenol sebesar PAP plant 3,2 KTA. Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2025.

Kedua, Petrochemical Jawa Barat: Yaitu pembangunan Naptha Cracker dan Downstream, ditargetkan selesai pada 2029.

Ketiga, Olefin TPPI: Pembangunan PP Plant kapasitas 600 KTA, pembangunan Naptha Cracker Plant 1.000 KTA, pembangunan LDPE Plant kapsitas 300 KTA dan pembangunan HDPE/LLDPE Plant Kapasitas 700 KTA. Ditargetkan beroperasi pada 2024 dan 2025

Keempat, GRR Tuban: Kilang ini akan membuat Petchem Scope dengan produksi petchem naik sebesar 3.111 KTA (Propylene). Adapun kilang ini ditargetkan bisa berjalan pada tahun 2027.

Kelima, New PP Balongan, pembangunan PP Plant baru kapasitas 300 KT dengan target operasi tahun 2024.

Keenam, Revamp TPPI: akan meningkatkan kapasitas aromatic 600 KTA menuju 780 KTA (aromatic). Selanjutnya meningkatkan kapasitas platforming 50 kbpd samapi 55 kbpd (platforming). Ini ditargetkan bisa berjalan pada 2022 (aromatic) dan tahun 2023 (platforming).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Percepat Distribusi, Pertamina Bangun Supply Point Aspal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular