PHR Bidik Produksi Rokan 170 Ribu Bph di Akhir Tahun

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
09 August 2022 14:45
Digitalisasi, Jurus PHR Tingkatkan Produksi Minyak Blok Rokan
Foto: Digitalisasi, Jurus PHR Tingkatkan Produksi Minyak Blok Rokan (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menargetkan produksi Blok Rokan di akhir tahun ini bisa mencapai 170 ribu barel per hari (bph). Adapun Blok Rokan sendiri merupakan salah satu produsen minyak terbesar di Indonesia, dengan kontribusi 24% produksi minyak nasional.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee Arizon Suardin mengatakan hingga saat ini pihaknya berhasil mempertahankan produksi Blok Rokan di level 161 ribu bph setelah 1 tahun dikelola Pertamina. Bahkan jika dilihat, perusahaan juga mampu menaikkan produksi dari 158 ribu bph menjadi 161,8 ribu bph.

"Produksi kita rata-rata di level 161 ribu bph. Kita berusaha apa bisa di akhir tahun 170 ribu bph. Sehingga dalam melawan penurunan produksi, bisa gak Desember Blok Rokan menembus 170 ribu bph," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (9/8/2022).

Di samping itu, menurut Jaffee dalam satu tahun terakhir ini, pihaknya juga membuka potensi potensi migas yang masih ada di Blok Rokan. Misalnya dengan mengembangkan lapangan baru yang belum diproduksikan.

Tidak hanya berfokus pada kegiatan produksi, menurut Jaffee PHR juga aktif untuk menggenjot pencarian cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi. Adapun pada tahun ini, setidaknya perusahaan bakal mengebor sumur eksplorasi dua hingga tiga sumur.

"Tak tanggung-tanggung eksplorasinya kami coba potensinya non konvensional itu potensi yang membuat kami excited. Kami tidak bisa lakukan ini jika tanpa dukungan beberapa pihak," kata Jaffee.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati sebelumnya menyatakan, dalam satu tahun alih kelola, PHR berhasil melakukan 370 pengeboran atau lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya, yaitu 105 pengeboran sumur dengan eksekusi 15.000 kegiatan Work Over (WO) dan Well Intervention Well Services (WIWS) yang menyerap 60% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk menggerakkan perekonomian nasional.

"Masifnya pengeboran tersebut, otomatis meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif menjadi lebih dua kali lipat dari yang awalnya 9 menjadi 21 rig dan akan terus meningkat menjadi 27 rig hingga triwulan akhir 2022. Demikian juga dengan penggunaan rig WOWS. Di awal alih kelola memanfaatkan 25 rig WOWS, saat ini menjadi 32 rig WOWS dan akan terus meningkat hingga 52 rig WOWS di triwulan 4 pada tahun ini," paparnya.

Nicke menjelaskan, pengeboran yang masif dan agresif tersebut menghasilkan peningkatan produksi migas dari rata-rata 158,7 MBOPD sebelum alih kelola menjadi 161 MBOPD saat ini. Volume cadangan pun meningkat dari 320,1 MMBOE pada awal transisi menjadi 370,2 MMBOE setelah satu tahun alih kelola.

"Tak dapat dipungkiri, meskipun kenaikan harga minyak global menyebabkan impact positif untuk Pertamina di bisnis hulu, di sisi lain kondisi ini memberikan tekanan di bisnis penyediaan BBM," ungkap Nicke.

Nicke menambahkan, bahwa pencapaian tersebut diraih berkat sejumlah upaya optimal yang dilakukan perwira Subholding Upstream. Pertama, peningkatan aktivitas pengeboran dan kerja ulang sebagai upaya optimasi sumur existing. Kedua, peningkatan aktivitas pada fasilitas produksi dan sarana pendukung. Ketiga, implementasi teknologi dan transformasi digital di Subholding Upstream Pertamina.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tepat Jam 00:00 di 2023, PHR Bor Perdana Sumur Duri Field

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular