Bahlil: Konflik China-Taiwan Warning untuk InvestasI RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) was-was konflik yang terjadi antara China dan Taiwan saat ini akan mengganggu iklim investasi di dalam negeri.
Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan China dan Taiwan merupakan dua negara mitra dagang utama Indonesia, sehingga jika kedua negara tersebut berseteru, akan mempengaruhi investasi domestik.
"Konflik China dan Taiwan harus kita waspadai. Kenapa? Karena salah satu investasi yang besar ke Indonesia itu dari China," jelas Bahlil dalam konferensi pers, Senin (8/8/2022).
Merujuk data BKPM, China menjadi negara ketiga yang paling banyak berinvestasi di Indonesia, dan trennya setiap tahun terus naik. Pada 2017 misalnya, investasi China di Indonesia mencapai US$ 3,36 miliar.
Realisasi investasi pada 2017 tersebut meningkat drastis dibandingkan realisasi investasi China pada 2013 yang hanya mencapai US$ 297 juta dan menempati posisi ke-12 sebagai negara yang banyak berinvestasi ke Indonesia.
Kemudian pada 2015, investasi China ke Indonesia meningkat ke peringkat ke-9 dengan realisasi investasi US$ 628 juta hingga mencapai posisi ke-3 pada 2017.
Semantara data terkini, sepanjang Semester I-2022, investasi China menduduki peringkat ke-2 dengan realisasi investasi mencapai US$ 3,6 miliar dengan jumlah proyek investasi sebanyak 1.020.
Begitu juga dengan Taiwan yang merupakan mitra dagang Indonesia, meski tak sebesar China. Oleh karenanya, saat ini pemerintah terus mencermati perkembangan eskalasi ketegangan kedua negara tersebut.
"Seberapa besar kita lagi dalami dan pelajari, mudah-mudahan tidak terlalu dalam dampak persoalan luar negeri mereka ini ke investasi," jelasnya.
Bahlil mengklaim, pihaknya akan terus mendalami upaya agar dampak dari konflik China-Taiwan tersebut tidak akan berpengaruh terlalu dalam terhadap investasi. Namun dia optimistis, konflik tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif semata, melainkan juga akan menimbulkan dampak positif seperti perang Rusia-Ukraina.
"Misalnya saja saat ada konflik Rusia-Ukraina, ada beberapa negara yang memanfaatkan ekonomi dari kondisi itu. Nah mungkin kalau ini terjadi antara China-Taiwan, kita masuk pada ruang-ruang itu," ujar Bahlil.
Adapun merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), China dan Taiwan merupakan mitra dagang utama Indonesia. Tercatat hingga Juni 2022, China dan Taiwan merupakan pangsa ekspor non migas terbesar bagi Indonesia.
Hingga Juni 2022, pangsa ekspor non migas Indonesia ke China mencapai US$ 5,9 miliar atau mencakup 20,74% dari keseluruhan pangsa ekspor Indonesia yang pada Juni 2022 tercatat sebesar US$ 26,09 miliar, nomor satu pangsa ekspor terbesar RI.
Sementara pangsa ekspor Indonesia ke Taiwan hingga Juni 2022 mencapai US$ 0,69 miliar atau mencakup 2,82% dari keseluruhan ekspor Indonesia pada Juni 2022. Atau berada menempati posisi ke-8 terbesar sebagai negara tujuan ekspor Indonesia.
(sef/sef)