Konflik China dan Taiwan Memanas, Ancaman Invasi Kian Nyata

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik China dan Taiwan memanas setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi berkunjung ke pulau itu pada pekan lalu.
Kini, Presiden China Xi Jinping dilaporkan memerintahkan militer negaranya untuk mengambil langkah yang jauh lebih agresif, yakni blokade untuk merebut negara pulau itu dengan paksa.
Pakar keamanan menilai para perencana militer China telah lama membahas blokade terhadap Taiwan, tetapi sampai sekarang kemungkinan besar tindakan seperti itu dianggap terlalu provokatif.
Namun, setelah kunjungan Pelosi, militer China untuk pertama kalinya menembakkan rudal di atas Taipei, menerbangkan gelombang drone di atas pulau-pulau lepas pantai Taiwan, berlayar dengan kapal perang melintasi garis tengah Selat Taiwan dan mengepung pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu. Militer Taiwan menyebut hal ini sebagai praktik blokade.
"Tindakan pertama ini pada dasarnya mengubah status quo keamanan Taiwan," kata Li Mingjiang, seorang profesor di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura, melansir Reuters, Senin (8/8/2022).
"Ini memberi militer China basis baru untuk mendorong lebih banyak batasan dalam latihan di masa depan," tambahnya.
Kemampuan untuk menegakkan blokade akan memberi Beijing pengaruh untuk membawa Taiwan ke meja perundingan selama konflik.
Meskipun publik Taiwan, yang letih dengan ancaman Beijing selama beberapa dekade tampak tidak terpengaruh, beberapa pengamat mengatakan para pemimpin militernya mungkin khawatir.
Michael Chang, yang mengelola krisis rudal Taiwan 1996 ketika dia menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada media lokal bahwa latihan itu bisa menjadi pratinjau skenario invasi China ke Taipei.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya seperti Jepang juga mengutuk latihan tersebut. Karena tidak ingin memperkeruh suasana, mereka tidak turun tangan secara langsung untuk menghentikan latihan blokade.
Seorang mantan pejabat pertahanan China mengatakan bahwa reaksi mereka akan menjadi penghiburan dingin bagi para politisi dan pemimpin militer Taiwan.
"Melihat bagaimana AS dan sekutunya menanggapi latihan tersebut, seberapa yakin para pemimpin Taiwan dapat mengandalkan mereka untuk datang menyelamatkan jika PLA menyerang?" katanya.
Meskipun China mungkin telah selangkah lebih dekat untuk mengklaim sepihak Taiwan, sebagian besar ahli tidak percaya perang akan segera terjadi. Xi akan sangat menyadari risiko tindakan, menurut para ahli.
"Invasi dalam dekade ini jauh dari pasti untuk berhasil. Kegagalan akan mengakhiri Xi Jinping, mimpinya dan mungkin PKC," kata Charles Parton, seorang pensiunan diplomat Inggris.
"China akan berharap bahwa latihan ini entah bagaimana bisa menghentikan tren mengkhawatirkan AS, Eropa dan banyak negara lain menjadi lebih bersimpati kepada Taiwan," kata Li, analis keamanan. "Sejauh ini, efek itu masih harus dilihat."
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siaga Perang Asia! Ini 'Balas Dendam' Terbaru China ke Taiwan
