Internasional

Kembali Panas! Begini Sejarah Panjang Kisruh China vs Taiwan

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 August 2022 21:30
Pasukan militer China menggelar latihan menembak di perairan Taiwan pada Sabtu (30/7) di lepas pulau Pingtan di Provinsi Fujian. (Getty Images/Annabelle Chih) Foto: Pasukan militer China menggelar latihan menembak di perairan Taiwan pada Sabtu (30/7) di lepas pulau Pingtan di Provinsi Fujian. (Getty Images/Annabelle Chih)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Taiwan kembali memanas sesaat setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (DPR AS) Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei.

Beijing menganggap kehadirannya sebagai provokasi besar, meluncurkan peringatan, dan ancaman yang makin keras. Pelosi sendiri merupakan pejabat AS terpilih dengan profil tertinggi yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

Sampai saat ini China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambil pulau itu, dengan paksa jika perlu.

Lalu sejak kapan krisis keduanya terjadi?

Melansir AFP, sejak Komunis China dan Taiwan memisahkan diri satu sama lain pada akhir Perang Saudara China pada tahun 1949, jalur air yang memisahkan mereka telah menjadi titik tegang geopolitik kedua negara.

Lebarnya hanya 130 kilometer (81 mil) di titik tersempitnya, Selat Taiwan adalah saluran pelayaran internasional utama dan semua yang terletak di antara Taiwan, yang kini menjadi negara demokratis serta memiliki pemerintahan sendiri.

Sejarawan menunjukkan tiga momen sebelumnya ketika ketegangan di Selat Taiwan berubah menjadi krisis akut, berikut penjelasannya.

Krisis Selat Taiwan Pertama

Pada akhir Perang Saudara China, pasukan komunis Mao Zedong telah berhasil mengusir Nasionalis Chiang Kai-shek, yang pindah ke Taiwan. Dua saingan berdiri di setiap sisi selat, yakni Republik Rakyat Cina (RRC) di daratan dan Republik Cina (ROC) di Taiwan.

Krisis Selat Taiwan Pertama pecah pada Agustus 1954 ketika kaum Nasionalis menempatkan ribuan tentara di Kinmen dan Matsu yang dikuasai Taiwan, dua pulau kecil hanya beberapa mil dari daratan.

Komunis China menanggapi dengan pemboman artileri pulau-pulau dan berhasil merebut Kepulauan Yijiangshan, sekitar 400 kilometer utara Taipei.

Krisis itu akhirnya dapat diredakan setelah hampir membawa China dan Amerika Serikat (AS) ke ambang konflik langsung.

Krisis Selat Taiwan Kedua

Pertempuran pecah lagi pada tahun 1958 saat pasukan Mao melakukan pemboman intens terhadap Kinmen dan Matsu dalam upaya untuk mengusir pasukan Nasionalis di sana.

Khawatir bahwa hilangnya pulau-pulau itu dapat menyebabkan runtuhnya Nasionalis dan akhirnya Beijing mengambil alih Taiwan, Presiden AS Dwight D. Eisenhower memerintahkan militernya untuk mengawal dan memasok sekutu Taiwan mereka.

Pada satu titik, AS bahkan sempat mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir terhadap China.

Namun karena tidak dapat menguasai pulau-pulau lepas pantai atau membombardir kaum Nasionalis, Beijing mengumumkan gencatan senjata. Pasukan Mao masih sesekali menembaki Kinmen hingga 1979 meski berakhir dengan kebuntuan.

Krisis Selat Taiwan Ketiga

Krisis ketiga ini terjadi menjadi 37 tahun sebelum krisis berikutnya. Dalam dekade-dekade berikutnya, baik China maupun Taiwan berubah secara signifikan.

Setelah kematian Mao, Tiongkok tetap dikendalikan oleh Partai Komunis tetapi memulai periode reformasi dan keterbukaan terhadap dunia.

Sementara itu Taiwan mulai mengibaskan tahun-tahun otoriter Chiang Kai-shek dan berkembang menjadi demokrasi progresif, dengan banyak yang menganut identitas khas Taiwan, bukan China.

Ketegangan meledak lagi pada tahun 1995 ketika China mulai melakukan uji coba rudal di perairan sekitar Taiwan untuk memprotes kunjungan Presiden Taiwan Lee Teng-hui ke universitas almamaternya di AS.

Beijing sangat membenci Lee karena dia lebih menyukai Taiwan mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka. Uji coba rudal lebih lanjut dilakukan setahun kemudian saat Taiwan mengadakan pemilihan presiden langsung pertamanya.

Namun hal ini menjadi bumerang. AS mengirim dua kelompok kapal induk untuk mendorong China mundur dan Lee memenangkan pemilihan dengan selisih yang besar.

Setahun kemudian, Newt Gingrich yang menjadi Ketua DPR AS pertama yang mengunjungi Taiwan, sebuah preseden yang sekarang diikuti Pelosi 25 tahun kemudian.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

RI Buka Suara soal Kisruh China vs Taiwan & Kedatangan Pelosi


(tfa/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading