
Pertamina Bidik Produksi Hidrogen 100 kg/hari Mulai 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi pertama bahan bakar green hydrogen atau hidrogen hijau wilayah kerja panas bumi (WKP) Ulubelu dapat dimulai pada 2023. Adapun produksinya ditargetkan dapat mencapai 100 kilogram per hari.
Vice President Business Planning & Portfolio PT Pertamina Power Indonesia, Fuadi Arif Nasution membeberkan proyek percontohan hidrogen hijau yang sedang dikembangkan di daerah Ulubelu dengan target produksi 100 kilogram per hari masih berlangsung.
"Estimasinya sekitar 100 kg/hari, targetnya 2023," ujar Fuadi dalam diskusi Mereguk Peluang Bisnis Transisi Energi Bersih, Rabu (3/8/2022).
Menurut dia, saat ini Pertamina tengah mengurus proses izin lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dimana perusahaan fokus dalam proses revisi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang menjadi salah satu syarat.
"Teknologi yang digunakan ada. Kita sudah memiliki off taker yakni RU Plaju. Tapi saat ini kita fokus pada revisi amdal untuk perizinan makanya ini belum on stream ini, doakan segera bisa launching," kata dia.
Meski begitu, Fuad belum dapat membeberkan besaran investasi yang harus dikeluarkan Pertamina untuk proyek percontohan tersebut. Namun yang pasti investasi untuk green hydrogen cukup besar.
"Ini adalah lebih ke arah pilot project untuk memahami prosesnya. Detail rencana investasi belum bisa kami sebutkan karena menjadi dapur kami," ujarnya.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ke depan akan mengandalkan pengembangan hidrogen hijau atau green hidrogen. Terutama untuk mengejar target dekarbonisasi sistem energi global.
Apalagi dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Energi Baru dan Energi terbarukan (EB-ET), hidrogen juga sudah ditetapkan masuk ke dalam energi baru.
Urgensi hidrogen hijau dinilai sama pentingnya dengan penyimpanan baterai (energy storage) di masa mendatang. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan insentif keuangan bagi sektor publik maupun privat yang ingin mengoptimalkan hidrogen hijau.
"Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global. Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global," jelas Menteri ESDM, Arifin Tasrif, Rabu (23/2/2022).
Arifin mengakui terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangan green hydrogen, diantaranya bagaimana membuat hidrogen layak secara ekonomi, menarik secara finansial, dan bermanfaat untuk masyarakat. "Kami akan terus mengikuti tren teknologi hidrogen dan membuka peluang untuk berkolaborasi dalam implementasi hidrogen," harapnya.
Dari segi pasokan, hidrogen sendiri masuk sebagai salah satu strategi utama Pemerintah dalam menjalankan peta jalan (road map) menuju netral karbon di tahun 2060.
"Strategi utama yang akan dilakukan menuju netral karbon di sisi suplai antara lain melalui pengembangan energi terbarukan secara masif dengan fokus pada pembangkit listrik tenaga surya, hidro dan panas bumi serta hidrogen," ungkap Arifin.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Bangun Hydrogen Refueling Station Pertama