
Haruskah Kita Khawatir Soal Inflasi RI, Bu Sri Mulyani?

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan inflasi di bulan Juli 2022 yang utamanya dipicu oleh gejolak harga pangan atau volatile food, berisiko besar pada peningkatan angka kemiskinan. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan akan terus bersinergi dengan memperhatikan ketersediaan pangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan, yang juga merupakan Ketua KSSK Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
"Untuk volatile food, kita melakukan berbagai cara untuk ketahanan pangan. Sekarang Presiden (Joko Widodo) setiap minggu melakukan monitor ketahanan pangan, mulai beras, jagung, kedelai, dan berbagai komoditas yang penting untuk masyarakat, termasuk minyak goreng," jelas Sri Mulyani.
Agar tak berdampak terhadap angka kemiskinan, kata Sri Mulyani pemerintah dan otoritas akan terus memperhatikan ketersediaan ketahanan pangan. Dari demand side misalnya, dengan pemberian bantuan sosial.
Sri Mulyani bilang, pada Mei-Juni, program keluarga harapan terjadi penambahan, serta tambahan bansos untuk menambah daya beli masyarakat untuk pembelian minyak goreng pada April-Mei 2022.
"Dan dalam bentuk berbagai program bantuan langsung tunai yang langsung kepada pedagang agar mampu membeli barang. Demand side dijaga untuk membantu masyarakat melalui bansos," jelas Sri Mulyani.
Adapun dari komponen administered price atau harga yang diatur pemerintah, baik itu dari listrik, bahan bakar minyak (BBM), dan LPG, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk subsidi dan kompensasi sebesar Rp 502 triliun.
Langkah penurunan kemiskinan juga ditempuh pemerintah melalui alokasi fiskal, baik belanja pemerintah pusat dan daerah.
"Seperti diketahui, beberapa kali angka kemiskinan sudah turun, sempat 10,14% pada 2021 akibat pandemi. Sekarang sudah turun di 9,54% pada 2022 ini. Ini artinya 1,38 juta rakyat kita keluar dari garis kemiskinan dalam periode 2021 ke 2022," jelas Sri Mulyani.
"Kita akan membedah inflasi yang mana mengkontribusi kepada kenaikan inflasi dan itu akan fokus dalam merespon kebijakan pemerintah, Bank Indonesia, dan KSSK," kata Sri Mulyani lagi.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dari Juli 2021 yang sebesar 4,35% (yoy). Laju inflasi itu sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Data BPS menunjukkan inflasi komponen bergejolak atau volatile food pada Juli 2022 menjadi yang terbesar yakni 1,41% dengan andil sebesar 0,25% pada inflasi nasional. Secara tahunan, inflasi volatile food bahkan mencapai 11,47% (yoy).
"Dengan kenaikan harga atau inflasi yang cukup tinggi ini, khususnya pada kelompok makanan, itu pasti memiliki potensi yang besar terhadap angka kemiskinan," jelas Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
Margo menyebut, tingkat inflasi itu menjadi yang tertinggi sejak Januari 2014 yang kala itu sebesar 11,91%. Adapun pada komponen volatile food, komoditas yang mengalami kenaikan harga paling tinggi di Juli 2022 yakni cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Was-Was Harga Beras Meroket