Internasional

Bak 'Bom Waktu', AC Picu Ancaman yang Lebih Ngeri dari Covid

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Minggu, 31/07/2022 10:00 WIB
Foto: Penduduk Greenland bergulat dengan pemanasan global (REUTERS/Lucas Jackson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendingin ruangan atau AC disebut-sebut menjadi pemicu pemanasan global yang cukup signifikan. Pasalnya, alat elektronik itu menggunakan banyak energi yang berarti berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Seperti diberitakan CNBC International, saat ini, AC bertanggung jawab atas hampir 4% emisi gas rumah kaca global, menurut analisis para ilmuwan dari Laboratorium Energi Terbarukan Nasional Departemen Energi (NREL) dan Pusat Penelitian Palo Alto Xerox (Xerox PARC) yang dirilis pada bulan Maret.


"Emisi tersebut diperkirakan akan semakin buruk karena semakin banyak orang memasang AC, terutama di India, China, dan Indonesia," menurut pernyataan bersama dari NREL dan Xerox PARC dikutip Minggu, (31/7/2022).

"Ini hal yang baik dan buruk. Adalah baik bahwa lebih banyak orang dapat memperoleh manfaat dari peningkatan kenyamanan, tetapi itu juga berarti lebih banyak energi yang digunakan, dan emisi karbon meningkat," tegas seorang insinyur peneliti senior NREL, Jason Woods.

Teknologi AC konvensional menggunakan siklus kompresi uap untuk mendinginkan udara. Pada sistem tersebut, refrigeran digunakan untuk melakukan pendinginan.

Klorofluorokarbon dan hidroklorofluorokarbon dulunya merupakan bagian dari zat pendingin paling umum di AC, tetapi bahan kimia tersebut menguras lapisan ozon dan mulai dihapus. Sejauh ini, ada beberapa alternatif yang tidak merusak lapisan ozon, tetapi masih memiliki potensi pemanasan global yang tinggi.

Selain itu, banyak energi dalam AC konvensional digunakan untuk mendinginkan udara secara berlebihan agar tidak terlalu lembab dan lebih nyaman.

"Dari 1.950 juta ton karbon dioksida yang dilepaskan setiap tahun dari energi yang digunakan untuk menyalakan AC, 531 juta di antaranya untuk mendinginkan udara dan 599 juta ton untuk menghilangkan kelembaban." tambah hasil riset NREL.

"Kami telah membuat teknologi berusia seabad yang ada hampir seefisien mungkin. Untuk mendapatkan perubahan transformasional dalam efisiensi, kita perlu melihat pendekatan yang berbeda tanpa batasan yang sudah ada," kata Woods lagi.

Sementara itu, untuk menjawab permasalahan ini, miliuner dunia Bill Gates pun ikut turun tangan. Ia memberikan dana investasi kepada startup teknologi AC efisien, Blue Frontier, senilai US$ 20 juta melalui perusahaannya, Breakthrough Energy Ventures.

Blue Frontier sendiri mengaku saat ini sedang mengerjakan teknologi yang akan membuat AC lebih efisien dengan lebih sedikit produk sampingan lingkungan yang berbahaya. Sejauh ini, perusahaan itu telah berhasil menggunakan sepertiga hingga seperlima jumlah refrigeran yang diperlukan untuk sistem konvensional.

"Efek gabungannya adalah pengurangan 85% hingga 87% dalam kontribusi sistem kami terhadap pemanasan global," kata CEO Daniel Betts kepada CNBC.

Pemanasan global telah menjadi masalah global yang kembali disoroti akhir-akhir ini setelah Covid-19. Pasalnya, beberapa negara di dunia telah dilanda gelombang panas yang mematikan.

Tak hanya itu, makin banyaknya cairan lapisan es di kutub akibat perubahan iklim ini telah mengancam beberapa negara kepulauan kecil.


(tps/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Covid-19 Kian Dianggap Biasa, Masyarakat Diminta Tetap Waspada