Kim Jong Un Ngegas Tantang Perang Nuklir, AS Masa Bodoh
Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un yang mengancam akan mengerahkan senjata nuklir tidak dianggap serius oleh Amerika Serikat (AS). Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan ancaman Kim Jong Un terkait pengerahan senjata nuklir tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan negara terisolasi itu dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun sebelumnya.
"Tidak berbeda dari apa yang kami selama ini dengar dari rezim DPRK (Korea Utara) selama beberapa bulan terakhir dan dalam beberapa tahun terakhir," papar Price kepada wartawan di Washington mengutip CNN Indonesia, dikutip Sabtu (30/7/2022).
Sebaliknya, kata Ned Price, DPRK juga tidak akan terkejut mendengar pesan yang sama dari pihak AS. "Dan itu merupakan komitmen untuk membela Republik Korea [Korea Selatan] dan Jepang tetap kuat," ucapnya.
Pernyataan itu lontarkan oleh Price dalam merespons pidato keras Kim Jong Un dalam peringatan 69 tahun Kim Jong Un menyatakan negaranya siap mengerahkan pertahanan nuklir mereka untuk melawan AS dan Korea Selatan, Kamis (28/7).
Kim menegaskan, pertahanan perang nuklirnya siap mengerahkan kekuatan mutlaknya dengan patuh, akurat, dan cepat sesuai misinya. "Saya sekali lagi menegaskan bahwa Korea Utara sangat siap akan konfrontasi militer apapun dengan Amerika Serikat," kata Kim dalam pidatonya.
Selain itu, Kim juga membalas pernyataan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, yang sejak awal menjabat berjanji bakal merespons Pyongyang secara tegas. Yoon juga mengatakan Korsel berencana menyerang lebih dahulu.
"Membahas aksi militer melawan negara kami, yang memiliki senjata absolut yang paling mereka takutkan, merupakan aksi bunuh diri yang sangat berbahaya dan mustahil," ujar Kim.
Kim juga menyebut pemerintahan Yoon sebagai gangster dan penjahat. Ia menegaskan Korut tak segan membinasakan Korsel jika terus menerapkan sikap bermusuhan, salah satunya melakukan latihan militer bersama AS.
"Upaya berbahaya itu akan dihukum dengan cepat menggunakan kekuatan kami, pun pemerintahan Yoon Suk Yeol dan militernya bakal dibinasakan," ungkapnya.
Sementara itu, profesor dari Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley menilai, ancaman Kim ini dilakukan untuk membenarkan fokus militer yang ia terapkan kala negara itu dilanda masalah ekonomi.
"Program nuklir dan rudal Korea Utara melanggar hukum internasional, tetapi Kim mencoba menggambarkan penumpukan senjatanya yang tak stabil sebagai hal yang benar untuk membela diri," pungkasnya.
(dce)