Jasa Penunjang Migas Ambil Momentum Target 1 Juta Bph 2030
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan yang bergerak dibidang jasa penunjang migas bakal memanfaatkan momentum target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (bscfd) yang dicanangkan pemerintah pada 2030 mendatang.
Salah satu perusahaannya adalah PT COSL Indo. Operation Director PT COSL Indo, Abdul Hakim Yahya mengatakan bahwa target 1 juta barel menjadi salah satu momentum bagi perusahaan untuk turut terlibat. Adapun sebagai salah satu service provider untuk para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), pihaknya tidak hanya melihat dari sisi dollar namun lebih kepada teknologi yang tepat guna.
"Jadi fit and proper saja, bagaimana kita dengan operator kami. Dimana mereka punya data geologi batuan dengan perkiraan seperti ini. Kami coba gunakan software dengan data minimum bagaimana sih approach production," ujarnya saat ditemui di Jakarta Convention Center, Rabu (27/7/2022).
Di samping itu, perusahaan juga berencana untuk berekspansi menyusul temuan potensi migas di beberapa wilayah kerja migas belakang ini. Misalnya seperti di wilayah kerja Andaman.
Menurut dia dengan banyaknya temuan blok baru, perusahaan bakal menggenjot operasinya dari Indonesia bagian Barat hingga ujung Timur. Sekalipun dalam perjalanannya, logistik dan ongkos menjadi beberapa tantangan tersendiri.
"Tapi dengan adanya pemanfaatan lokal, sudah tidak menjadi Jakarta sentris, semua uang disebar ke remot area, ke Indonesia tengah dan Indonesia timur. Akhirnya jika barang sudah tidak desentralisasi ke pulau Jawa harga akan merata," kata dia.
Pada tahun ini COSL sendiri menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 3-4 juta. Adapun dari belanja modal tersebut, alokasi paling besar diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur tangki, shore base pelabuhan yang harus memenuhi spesifikasi tender.
"Kita lagi buat tangki karena sedang menghadapi tender bersama di Pertamina Hulu Mahakam yaitu harus bangun tangki kapasitas 11 ribu barel. Capex di divisi saja mungkin sampai US$ 3-4 juta untuk tahun ini karena ada beberapa tender yang kita ikuti infrastrukturnya harus kita penuhi dan itu butuh capital modal," ujarnya.
Adapun COSL sendiri telah memiliki beberapa pelanggan KKKS baik perusahaan asing maupun dalam negeri yang saat ini beroperasi di Indonesia. Selain Pertamina, perusahaan juga melakukan kerja sama dengan KKKS seperti PT Saka Energi, Husky-CNOOC Madura Limited, PT Medco E&P Simenggaris, PT Bumi Siak Pusako (BOB BSP)-Pertamina Hulu.
(pgr/pgr)