Kim Jong Un Siapkan Pertahanan Nuklir, Jadi Perang Dunia 3?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan pihaknya siap untuk memobilisasi sistem pertahanan penangkal nuklir. Hal ini dilontarkannya tatkala hubungan antara Pyongyang dengan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memanas.
Dalam pidato untuk menandai gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea atau yang dikenal dengan 'Hari Kemenangan', Kim mengatakan AS telah menjadi ancaman besar bagi negaranya. Ia mengaku siap bila memang terjadi perang antara negaranya dengan Korsel dan AS.
"Angkatan bersenjata kami benar-benar siap untuk menanggapi krisis apa pun, dan pencegahan perang nuklir negara kami juga sepenuhnya siap untuk memobilisasi kekuatan absolutnya dengan setia, akurat, dan segera ke misinya," katanya dalam sebuah sesi yang ditayangkan media pemerintah dan dikutip Al Jazeera, Kamis (28/7/2022).
Kim kemudian mengatakan Washington melanjutkan 'tindakan permusuhan ilegal yang berbahaya' terhadap negaranya sekitar 70 tahun setelah perang, Ia menyebut AS berusaha untuk membenarkan perilakunya dengan "mengutuk" Korut.
"Tindakan dupleks AS, yang menyesatkan semua tindakan rutin angkatan bersenjata kita sebagai 'provokasi' dan 'ancaman' sambil mengadakan latihan militer bersama skala besar yang secara serius mengancam keamanan kita, secara harfiah adalah perampokan," kata Kim.
"Itu mendorong hubungan bilateral ke titik di mana sulit untuk kembali, menjadi keadaan konflik."
Kim juga mengutuk pemerintahan baru Korsel di bawah Presiden Yoon Suk-yeol dengan mengatakan setiap upaya untuk melumpuhkan negaranya terlebih dahulu akan mendapat tanggapan keras dan 'pemusnahan.'
"Saya sekali lagi menjelaskan bahwa Korea Utara sepenuhnya siap untuk setiap konfrontasi militer dengan AS." tegasnya.
Pidato itu muncul setelah para pejabat di Seoul dan Washington mengatakan Korut telah menyelesaikan persiapan untuk melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017. Mereka bahkan juga kemungkinan akan menerapkan sanksi kepada negara tertutup itu.
"Korut kemungkinan akan menghadapi sanksi yang lebih kuat, termasuk langkah-langkah yang bertujuan untuk membatasi kemampuan serangan sibernya jika melanjutkan uji coba," kata Menteri Luar Negeri Korsel pada hari Rabu.
Seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley, melihat pidato Hari Kemenangan Kim dapat dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan kebanggaan nasional dalam menghadapi keberhasilan pembangunan pasca-gencatan senjata dengan Korsel.
"Retorika Kim menggelembungkan ancaman eksternal untuk membenarkan rezimnya yang fokus secara militer dan berjuang secara ekonomi," katanya dalam email.
"Program nuklir dan rudal Korut melanggar hukum internasional, tetapi Kim mencoba menggambarkan penumpukan senjatanya yang tidak stabil sebagai upaya yang benar untuk membela diri."
(luc/luc)