Rusia Beberkan Peta Baru, Ukraina Masih Ada?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dilaporkan membeberkan peta baru Ukraina. Ini dimuat sejumlah media lokal superti Kyiv Independent dan The Odessa Journal, Kamis (28/7/2022).
Namun sayangnya, wilayah Ukraina menyusut, hanya ke ibu kota Kyiv saja. Wilayah lain justru diambil negara lain, dengan sebagian besar dimiliki Rusia.
Rusia terlihat menguasai bagian timur dan selatan Ukraina. Ada pula beberapa wilayah masuk ke Polandia, Rumania dan Hongaria.
Peta ini pertama kali dipublikasikan sekutu Presiden Vladimir Putin yang juga mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, di Telegram. Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi itu mengklaim bukan pihaknya yang membuat tapi analis barat.
"Seorang pendukung Kremlin ingin agar Ukraina hanya terdiri dari wilayah Kyiv. Bahkan wilayah Vinnytsia karena alasan tertentu berada di bawah perlindungan Rumania. Peta yang diterbitkan oleh Medvedev. Sebelumnya, Medvedev mempertanyakan keberadaan Ukraina di masa depan, di mana Rusia sedang berperang," tulis media lokal berbahasa mengecam Medvedev dalam bahasa setempat yang diterjemahkan.
"Dengan cara ini, Dmytro Medvedev sekali lagi mengakui bahwa tujuan Rusia menghancurkan Ukraina, bahwa penyebab perang bukanlah pada rakyat Donbas, bukan pada ancaman NATO, dan terlebih lagi bukan pada rakyat Donbas."
"Tujuan langsung tentara Rusia, seperti yang Anda lihat, adalah untuk mengontrol wilayah timur dan selatan Ukraina. Sehingga Krimea yang diduduki menerima air dari daratan dan memiliki jalur darat ke Federasi Rusia," tulisnya lagi.
Medvedev sendiri menjabat sebagai presiden Rusia antara 2008 dan 2012. Ia kemudian menjabat sebagai perdana menteri hingga 2020.
Sementara itu, dalam keterangannya di Telegram, Medvedev menyebut beginilah nasib Ukraina ke depan, merujuk ke peta yang ia publikasikan. Ia juga menyinggung Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan menyebutnya dirusak zat psikotropika.
"Dalam benak Presiden Ukraina, yang dirusak oleh zat psikotropika, seperti inilah peta masa depan 'cerah 'negaranya. Analis Barat saja percaya itu akan terlihat seperti ini," katanya.
Rusia sudah menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hingga kini belum ada tanda-tanda perdamaian meski 5.000 lebih orang telah meregang nyawa.
(sef/sef)