Bahaya! Gegara Ini Harga Ikan Bisa Naik dan Jadi Langka di RI

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Kamis, 28/07/2022 12:10 WIB
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat ikan di Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta, Kamis (9/12/2021). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dirjen Perikanan Tangkap DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Zaini mengatakan, lonjakan harga BBM berdampak signifikan bagi usaha perikanan tangkap Indonesia. Bukan tidak mungkin, kata Zaini, harga ikan akan terus beranjak naik karena semakin terbatasnya pasokan.

Zaini menjelaskan, sejak harga BBM nonsubsidi melonjak dari Rp8.000 menjadi Rp18.000, bahkan Rp23.000 per liter di wilayah Timur Indonesia, produksi ikan tangkap terus berkurang.

Dia memaparkan, penerbitan izin berusaha di bidang perikanan tangkap memang masih naik jika dibandingkan per Juli 2022 terhadap Juli 2021.


"Tapi, surat persetujuan berlayar (SPB) yang diterbitkan sampai Juni 2022 itu turun dibandingkan periode sama 2021. Penurunan signifikan terjadi di bulan Juni-Juli 2022. SPB yang diterbitkan di 22 lokasi pelabuhan perikanan UPT Pusat itu turun jadi 1.915 di bulan Juli 2022 dari posisi Juli 2021 mencapai 4.165 izin," kata Zaini dalam keterangan pers kinerja KKP semester-I, Kamis (28/7/2022).

Akibatnya, produksi ikan yang didaratkan di 22 lokasi pelabuhan perikanan UPT pusat juga anjlok.

"Penurunan jumlah produksi ikan mulai terjadi sejak bulan Mei sampai Mei 2022. Dari 23,82 ribu ton di Juli 2021 dibandingkan Juli 2022 yang hanya 12,46 ribu ton," kata Zaini.

"Jadi pengajuan izin memang nggak berdampak tapi mereka nggak berangkat karena mahalnya BBM. Yang berlayar itu drop 50%. Jadi siap-siap saja kita nggak dapat ikan. Harganya pun saya perkirakan nanti akan naik," tambah Zaini.

Kondisi ini, katanya, berdampak terhadap kapal-kapal ukuran 10 GT ke atas, yang mengkonsumsi BBM nonsubsidi.

"BBM itu 60-70% terhadap biaya melaut nelayan tangkap. Karena kenaikan BBM ini, biaya melaut mereka jadi melonjak. Bukan untung, yang ada mereka malah merugi," katanya.

"Dan, kita pantau nanti ini tren penurunan produksi ikan akan berlanjut. Di Agustus-September nanti akan terlihat sangat drop, karena kapal berangkat sangat berkurang," tambahnya.

Akibatnya, lanjut Zaini, jika pasokan ikan tangkap berkurang, harga ikan akan beranjak naik. Saat ini pun, imbuh dia, sudah terjadi kenaikan meski tidak signifikan.

"Ini sangat membahayakan, bisa memicu krisis. Sementara, karena inflasi, permintaan ikan di luar negeri pun drop. Ini bisa kemudian berakibat menekan harga ikan. Nah, ini yang harus kita waspadai di bulan-bulan akhir tahun 2022 ini," kata Zaini.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Diramal Kembali Deflasi di Mei 2025