'Perang Gas' Rusia Bikin Jerman Panik, Krisis Energi Menanti
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jerman mengatakan bahwa negara itu akan menghadapi situasi krisis energi yang serius bila Rusia menghentikan pasokan gasnya ke Eropa. Hal ini terjadi tatkala Jerman mengambil posisi yang berlawanan dengan Moskow soal serangannya ke Ukraina.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan saat ini pemerintah sedang melakukan beberapa hal untuk menghindari krisis. Salah satunya adalah menurunkan konsumsi gas untuk industri yang kemudian diikuti oleh rumah tangga.
"Tentu saja ini menjadi perhatian besar, yang juga saya bagikan, bahwa ini bisa terjadi. Kemudian rantai produksi tertentu di Jerman atau Eropa tidak akan lagi diproduksi. Kami harus menghindari itu dengan semua kekuatan yang kami miliki. Caranya adalah dengan menurunkan konsumsi gas sebesar 15%-20% di Jerman," ujarnya seperti diwartakan CNBC International, Selasa (26/7/2022).
"Jika kita bisa melakukan itu, maka dengan semua tindakan yang telah kita ambil, kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk tidak mengambil langkah ini."
Hanya beberapa hari setelah pemotongan gas akibat perbaikan pipa, raksasa gas Rusia Gazprom mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan kembali memotong pengiriman gas harian melalui pipa menjadi 33 juta meter kubik mulai Rabu.
Artinya, aliran gas, yang sudah mencapai 40% dari kapasitas, akan turun setengahnya lagi mulai besok.
Gazprom mengatakan ini untuk memperbaiki turbin, tetapi klaim itu dibantah oleh pejabat Barat. Habeck mengatakan bahwa alasan itu adalah "lelucon" sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang meluncurkan "perang gas" melawan Eropa yang menggantungkan 45% kebutuhan gas dari Moskow.
Sementara itu, ancaman krisis energi terhadap ekonomi Jerman sebelumnya ;pun telah disuarakan oleh pengusaha di negara itu. Dalam sebuah rilis yang dikeluarkan Institut Ifo dari riset yang dilakukan terhadap 9 ribu perusahaan, barometer kepercayaan turun menjadi 88,6 poin pada Juli.
Lembaga itu bahkan menyebut pengusaha telah memandang Jerman telah memasuki puncak resesi. Bila krisis dan ketakutan akan kekurangan energi ini tidak mampu diatasi segera, kepercayaan pengusaha akan terus menurun
"Angka-angka pesimistis menunjukkan bahwa Jerman berada di puncak resesi. Suasana di antara bisnis telah mendingin secara signifikan sementara harga energi yang lebih tinggi dan ancaman kekurangan gas membebani ekonomi," kata presiden Ifo, Clemens Fuest, dikutip AFP, Senin (25/7/2022).
"Penurunan sangat tajam di sektor manufaktur, di mana pesimisme mengenai bulan-bulan mendatang mencapai level tertinggi sejak April 2020."
(luc/luc)