Internasional

3 Industri Eropa Bergantung ke Gas Rusia, Terancam Bangkrut?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
26 July 2022 13:00
FILE PHOTO: The logo of the Nord Stream 2 gas pipeline project is seen on a pipe at the Chelyabinsk pipe rolling plant in Chelyabinsk, Russia, February 26, 2020. REUTERS/Maxim Shemetov/File Photo
Foto: REUTERS/Maxim Shemetov

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi yang dijatuhkan Eropa ke Rusia akibat serangannya ke Ukraina mulai memberikan dampak tak menyenangkan ke Benua Biru. Pasalnya Moskow semakin mempersulit ekspor persediaan gas, sehingga mengganggu kelangsungan industri di Eropa.

Bahkan, setelah menurunkan kapasitas Nord Stream 1 hingga menjadi 40% dari kapasitas normal sejak Juni dan mematikan sementara 10 hari guna pemeliharaan, Moskow akan kembali menurunkan gas mulai Rabu (27/7/2022) besok. BUMN gas Rusia, Gazprom mengatakan hanya akan menyalurkan 20% saja dari total kapasitas keseluruhan yakni 33 juta meter kubik (mcm) gas per hari.

Padahal gas yang saat ini diberikan memang sudah kurang dan mengancam Eropa dalam krisis energi. Hal ini pun diyakini mengancam sejumlah perusahaan Eropa yang bergantung kepada gas Rusia saat ini.

Shell (Belanda)

Shell, sebagai salah perusahaan minyak dan gas multinasional dan jadi salah satu industri terbesar di Eropa ini, mulai kesulitan dengan kebijakan baru gas Rusia. Dalam sebuah pernyataan dari situs resmi shell.com, perusahaan asal Belanda tersebut menyatakan mereka cukup menyesal telah membeli gas dan minyak Rusia karena tak sesuai dengan harapan.

SKW Piesteritz (Jerman)

SKW Piesteritz, produsen amonia dan urea, menjadi industri kimia yang juga bergantung dengan ekspor gas Rusia. Jika pengiriman berkurang, sektor kimia ini akan menghadapi prospek penjatahan, serta kenaikan tajam harga gas yang dapat memicu resesi dan kebangkrutan industri.

Sebagaimana diketahui, Jerman sangat bergatung pada gas Kremlin, dengan 50% pasokan pada 2021 dan 35% pada 2022. Jatah pasokan gas Rusia ke Jerman sendiri sudah turun sebanyak 60% pada Juni lalu.

Orsted (Denmark)

Perusahaan listrik multinasional berbasis di Denmark juga terpaksa mendapat sanksi pemotongan jatah gas karena gagal melakukan pembayaran menggunakan mata uang rubel.

Meski tetap mengalami kerugian atas kebijakan Rusia tersebut, tetapi dampaknya tak begitu signifikan karena Orsted fokus pada energi terbarukan dari pembangkitan listrik tenaga angin lepas pantai 75% dan angin darat 6% pada 2021 lalu.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa di Ambang Malapetaka Baru, Semua Bergantung pada Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular