Jerman di Ambang Resesi, Kepercayaan Pengusaha Menurun
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah riset terbaru menunjukan iklim bisnis di Jerman memburuk secara signifikan pada Juli. Hal ini terjadi tatkala Negeri Rhein itu menghadapi krisis energi pasca perang Rusia Ukraina.
Dalam sebuah rilis yang dikeluarkan Institut Ifo dari riset yang dilakukan terhadap 9.000 perusahaan, barometer kepercayaan turun menjadi 88,6 poin pada Juli. Ini lebih rendah dari bulan lalu yang berada di angka 92,2 poin.
Menurut Ifo, ini merupakan angka terendah sejak Juni 2020 dimana bulan itu menandai dimulainya pandemi virus corona yang cukup besar di negara itu.
"Angka-angka pesimistis menunjukkan bahwa Jerman berada di puncak resesi. Suasana di antara bisnis telah mendingin secara signifikan sementara harga energi yang lebih tinggi dan ancaman kekurangan gas membebani ekonomi," kata presiden Ifo, Clemens Fuest, dikutip AFP, Senin (25/7/2022).
"Penurunan sangat tajam di sektor manufaktur, di mana pesimisme mengenai bulan-bulan mendatang mencapai level tertinggi sejak April 2020."
Pandangan yang sama juga disampaikan analis dari institusi perbankan ING, Carsten Brzeski. Ia mengatakan selain krisis energi, terdapat juga gangguan dari segi rantai pasok dan melemahnya permintaan global.
"Angin sakal yang kuat dan data yang lemah berarti ekonomi Jerman bisa melihat kontraksi sudah di kuartal kedua," kata Brzeski.
Brzeki menambahkan ancaman pelemahan ekonomi ini akan memburuk menjelang musim dingin. Pasalnya, Jerman sangat menggantungkan kebutuhan energinya pada Rusia sementara saat ini Berlin masih menyatakan sikap menentang aksi Moskow dalam serangannya ke Ukraina.
Menurutnya, akan ada potensi pemotongan aliran bahan energi sebagai balasan Negeri Beruang Putih terhadap sikap politik Jerman yang menentang Moskow dan mendukung Kyiv.
"Ke depan, ada lebih banyak risiko penurunan daripada risiko kenaikan. Eskalasi lebih lanjut dalam krisis energi akan tetap menjadi risiko utama bagi ekonomi memasuki musim dingin," tambahnya.
(luc/luc)