Jangan Kaget! Warga AS Kini Sulit Bayar Tagihan, Resesi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) dalam resesi atau tidak, masih menjadi perdebatan banyak pihak. Namun, beberapa konsumen di Negeri Paman Sam memang sudah sulit membayar tagihan mereka tepat waktu.
Ini bukan isapan jempol. Sejumlah data, merujuk CNN International, menegaskan hal tersebut.
Raksasa kartu kredit Discover dan Capital One misalnya. Keduanya mencatat jatuhnya pendapatan kuartalan, dipicu tunggakan yang naik.
Kedua perusahaan juga meningkatkan cadangan mereka untuk kerugian kredit di masa depan. Ini jadi langkah peringatan yang menunjukkan kekhawatiran arah ekonomi selama beberapa bulan ke depan.
Merujuk laman yang sama, sebenarnya, banyak faktor makro yang berperan. Inflasi masih merajalela menjadi salah satunya.
Selain itu, kenaikan suku bunga dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yang dimaksudkan untuk mencoba mengendalikan inflasi, masih membutuhkan waktu untuk membuat efek yang diinginkan. Alhasil, tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya dapat memperlambat perekonomian.
"Tantangan besar bagi konsumen adalah inflasi harga dan suku bunga yang lebih tinggi. Inflasi dapat mengikis kelebihan tabungan konsumen yang terakumulasi selama pandemi, terutama jika kenaikan harga terus berjalan di depan pertumbuhan upah," kata CEO Capital One, Richard Fairbank, dikutip Senin (25/7/2022).
"Tarif yang lebih tinggi juga kemungkinan akan meningkatkan berapa biaya bagi konsumen untuk membayar bunga atas tagihan bulanan mereka," tambahnya.
Fenomena sama juga terjadi di layanan telekomunikasi nirkabel (wireless). AT&T mengatakan dalam laporan pendapatannya, para pelanggannya membayar tagihan bulanan mereka lebih lambat dari biasanya.
"Kami melihat peningkatan kredit macet menjadi sedikit lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi serta siklus pengumpulan uang tunai yang diperpanjang," kata CEO AT&T John Stankey pada panggilan konferensi dengan para analis.
"Namun eksekutif AT&T masih berharap pelanggan akan membayar tagihan mereka, meskipun sedikit kurang tepat waktu," tambah Stankey.
Saingannya, Verizon juga melaporkan pendapatan yang sama dan membuat perusahaan menurunkan prospeknya untuk tahun ini. Seperti AT&T, Verizon juga melihat beberapa pelanggan mulai merasakan kesulitan membayar.
"Kami melihat volume nirkabel konsumen yang lebih lemah. Lingkungan inflasi jelas berdampak pada perilaku konsumen," kata CEO Verizon Hans Vestberg melalui telepon dengan para analis.
"Anggaran konsumen menjadi tegang," ujarnya.
Namun, meskipun dua perusahaan kartu kredit dan nirkabel mencatat peningkatan tekanan pada rata-rata konsumen Amerika,
American Express melaporkan pendapatan yang melampaui perkiraan pekan lalu. Konsumernya yang rata-rata kelas menengah atas membuat performa perusahaan masih baik.
CEO Stephen Squeri mengatakan rebound yang kuat berkat tingkat pengeluaran perjalanan dan hiburan. Bahkan AmEx mengatakan pengeluaran dalam kategori tersebut melampaui tingkat pra-pandemi pada April untuk pertama kalinya.
"Saya pikir jawaban sederhananya adalah mereka punya lebih banyak uang," kata Squeri lagi menegaskan.
(tfa/sef)