Ngerinya Inflasi AS: Biaya Makan Siang Naik Dua Kali Lipat

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Senin, 25/07/2022 13:50 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak hingga 9,1% pada Juli 2022. Hal ini menjadi pukulan berat bagi warga AS, sebab barang dan jasa yang dikonsumsi semakin mahal.

Hal ini diungkapkan oleh Rofyanto Kurniawan, Direktur Penyusunan APBN, Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan berdasarkan informasi yang diterimanya.


"Inflasi di AS meroket sangat tinggi. Luar biasa. Biasanya inflasi negara maju 1-2%. Inflasi di AS di atas 8%. Ibaratnya dulu kalau orang makan siang US$ 10, sekarang US$ 20," ujarnya dalam Konsultasi Publik RUU APBN Tahun Anggaran 2023 yang ditayangkan melalui akun Youtube Ditjen Anggaran, Senin (25/7/2022)

Tidak hanya AS, rakyat Turki juga alami kondisi yang lebih berat dengan inflasi yang mencapai 78%. Juga negara lain seperti Inggris, Brasil, Meksiko, Rusia, India, Korea Selatan dan lainnya.

Tingginya inflasi berdampak berat ke perekonomian. Apalagi disambut dengan pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral setempat. Maka risiko yang kemudian muncul adalah resesi.

Kondisi ini berbeda dengan Indonesia, di mana inflasi hingga Juni 2022 mencapai 4,35%. Meskipun ada tren kenaikan, namun masih lebih rendah dibandingkan negara lainnya. Bahkan di akhir tahun Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi di level 4,6%.

APBN menjadi salah satu alasan inflasi bisa terkendali. Adalah dengan mengalihkan penerimaan negara yang bersumber dari ekspor komoditas kepada subsidi energi yang tahun ini mencapai Rp 520 triliun. Sehingga tidak ada kenaikan energi termasuk bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik serta LPG 3 kg.

"Itu bagian dari upaya pemerintah melakukan stabilisasi," terangnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025