Internasional

Pemimpin NATO Ini Beri Pernyataan Rasis, Tolak Darah Campuran

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
25 July 2022 18:45
Hungary's Prime Minister Viktor Orban arrives for an EU summit at the Crystal Palace in Porto, Portugal, Saturday, May 8, 2021. On Saturday, EU leaders hold an online summit with India's Prime Minister Narendra Modi, covering trade, climate change and help with India's COVID-19 surge. (AP Photo/Francisco Seco, Pool)
Foto: Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban (AP Photo/Francisco Seco, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Kali ini, pemimpin Negeri Goulash itu menyatakan penolakannya terhadap "percampuran" antara ras Eropa dan non-Eropa.

Mengutip The Guardian, Senin (25/7/2022), pemimpin sayap kanan itu mengatakan negara-negara di mana ras Eropa dan non-Eropa berbaur bukan lagi sebuah negara. Ia mengatakan Hungaria tidak akan menyetujui hal itu.

"Kami (Hungaria) bukan ras campuran ... dan kami tidak ingin menjadi ras campuran," kata Orbán, akhir pekan lalu.

Pernyataannya ini pun menuai kecaman dari kelompok oposisi di Hungaria. Katalin Cseh, seorang anggota parlemen dari partai oposisi Momentum, mengatakan ia sangat terkejut dengan pernyataan Orban ini.

"Warna kulit Anda mungkin berbeda, Anda mungkin berasal dari Eropa atau sekitarnya, tetapi Anda adalah salah satu dari kami, dan kami bangga dengan Anda. Keanekaragaman memperkuat bangsa, bukan melemahkannya," ujarnya dalam akun Twitter resmi

Tak hanya dari Hongaria, penolakan juga terjadi di lingkungan Eropa. Anggota Parlemen Eropa dari Romania Alin Mituța juga menanggapi komentar Orbán dengan kemarahan. Ia mengatakan pernyataan Orban sebagai delusi.

"Berbicara tentang 'kemurnian' ras atau etnis, terutama di wilayah campuran seperti Eropa tengah dan timur, adalah murni delusi dan berbahaya. Begitu juga Tuan Orban," tulisnya di Twitter.

Orban sendiri terkenal sebagai pemimpin yang cukup berbeda di Benua Biru. Baru-baru ini, ia mengambil sikap yang berbeda, utamanya terkait pengungsi dan pandangan Eropa terhadap Rusia.

Terkait pengungsi, Orban sendiri pernah mengatakan pada 2018 lalu kepada media Jerman Bild bahwa pengungsi Timur Tengah menurutnya merupakan 'Penjajah Muslim'. Ia berpandangan bahwa pengungsi Timur Tengah dapat mengancam kedaulatan negaranya.

Mengenai sanksi Uni Eropa (UE) pada Rusia, Orban mengatakan bahwa manuver blok itu merupakan 'sebuah tembakan bunuh diri di paru-paru'. Pasalnya, UE masih bergantung pada pasokan gas dari Moskow.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Terbelah! Negara Ini Mau Jegal Kekuatan UE

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular