Internasional

Alert! Putin Disebut Mulai Melemah & Hilang Kontrol di Rusia

sef, CNBC Indonesia
25 July 2022 08:00
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pembicaraannya dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Kremlin pada 30 Juni 2022 di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pembicaraannya dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Kremlin pada 30 Juni 2022 di Moskow, Rusia. (Getty Images/Contributor)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ahli percaya bahwa kekuatan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah melemah. Ia bahkan diyakini segera kehilangan kontrol di negaranya.

Hal tersebut dikatakan profesor sejarah Universitas Yale, Timothy Snyder. Pernyataannya didasarkan pada kerapnya beberapa mantan pejabat Rusia, seperti mantan presiden Dmitry Medvedev, berbicara tentang konsekuensi yang menunggu Ukraina dan Barat karena melawan Kremlin.

"Biasanya liputan berita dari pernyataan seperti itu berfokus pada kontennya. Sangat 'menggoda' untuk terjebak dalam propaganda ketakutan Rusia," kata Snyder berbicara akhir pekan, dikutip dari Newsweek, Senin (25/7/2022).

"Tapi cerita sebenarnya adalah bahwa orang-orang selain Putin sekarang merasa berwenang untuk membuat pernyataan seperti itu. ini," tambahnya.

Meski di satu sisi pernyataan "teman-teman" dekat Putin, kata Snyder, merupakan bentuk kesetiaan. Tapi, tegasnya, ini juga tanda untuk perebutan kekuasaan setelah Putin jatuh.

"Jika Rusia kalah perang, orang-orang yang mengatakan hal-hal 'radikal' akan melindungi diri mereka sendiri. Saya cenderung melihat proklamasi drastis itu sebagai bukti bahwa orang-orang penting Rusia berpikir bahwa Rusia akan kalah," kata Snyder lagi.

"Saya tidak yakin Medvedev, yang selama bertahun-tahun dipandang sebagai alternatif liberal untuk Putin, percaya pada pidato kebencian seperti anti-semit, anti-Polandia, anti-Barat yang dipublikasikan ... Dia membuat citra yang mungkin berguna nanti," jelasnya.

Selain itu, menurut Snyder, Putin juga dianggap lemah karena pasukannya gagal mencapai tujuannya di Ukraina. Beberapa kritikus dan pejabat sebelumnya melakukan pengamatan serupa, termasuk Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang mengatakan bahwa Putin gagal mencapai tujuan strategisnya di Kyiv.

"Keseimbangan yang membuat Putin tetap berkuasa ... ditantang oleh kenyataan perang yang tidak terduga dan mahal. Putin pandai 'menjaga kita semua dalam kabut'. Tapi sekarang dia sendiri sepertinya tersesat dalam 'kabut perang'," kata Snyder.

Snyder sendiri diketahui memang aktif mengkritik Putin. Pada bulan Juni, ia mengecam blokade Laut Hitam Rusia yang mencegah transfer ekspor gandum Ukraina ke negara lain, dengan mengatakan bahwa langkah itu mendorong munculnya pengungsi baru yang berpotensi mengganggu kestabilan Uni Eropa (UE).

"Rencana kelaparan Putin juga dimaksudkan untuk menghasilkan pengungsi (baru) dari Afrika Utara dan Timur Tengah, daerah yang biasanya diberi makan oleh Ukraina. Ini akan menghasilkan ketidakstabilan di UE," tulis Snyder di Twitter saat itu.

Rusia sendiri sudah lima bulan menyerang Ukraina. Kremlin menyerang sejak 24 Februari dan per April memfokuskan pertempuran di Ukraina Timur.

Kamis lalu, Rusia dibantu Turki dan PBB, setuju membuka blokir pelabuhan Laut Hitam untuk melepaskan puluhan juta ton gandum Ukraina. Pada hari biasa, sekitar 3.000 kontainer gandum akan tiba di pelabuhan Ukraina, termasuk Odessa di mana mereka disimpan dalam silo yang luas.

Namun, mengutip AFP dan AP, akhir pekan kemarin Ukraina menyebut Rusia telah menyerang pelabuhannya di Odessa dengan rudal. Komando Selatan militer Ukraina mengatakan bahwa dua rudal jelajah Kalibr Rusia menghantam infrastruktur pelabuhan, meski tak ada korban jiwa.

"Meski begitu sejumlah orang terluka," tulis AP mengutip gubernur regional Odessa.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Disebut Sedang 'Acak-Acak' Asia Tenggara, Ini Faktanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular