Internasional

Duh! Kenaikan Suku Bunga Eropa Jadi Kabar Buruk buat Inggris

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 July 2022 17:55
The Union Jack flag flies above the Houses of Parliament from the Victoria Tower in London, Thursday, Sept. 12, 2019. The British government insisted Thursday that its forecast of food and medicine shortages, gridlock at ports and riots in the streets after a no-deal Brexit is an avoidable worst-case scenario. (AP Photo/Alastair Grant)
Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Eropa (ECB) dilaporkan meningkatkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Suku bunga dipatok sebesar 0,5 poin persentase, lebih dari 0,25 poin persentase yang diharapkan oleh para ekonom.

Hal ini ternyata bisa membawa pengaruh pada tagihan "perceraian" Inggris dan Uni Eropa (UE) yang dikenal dengan Brexit. Departemen Keuangan Inggris mengatakan kenaikan suku bunga ini ini dapat mendorong naik tagihan Brexit Inggris sebesar 5 miliar poundsterling atau sekitar Rp 89,5 triliun.

Kepala Sekretaris Departemen Keuangan Inggris, Simon Clarke, menjelaskan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa kenaikan suku bunga itu mempengaruhi kewajiban pensiun Uni Eropa (UE). Ini dapat mendorong kenaikan tagihan Inggris di mana negeri itu masih wajib membayar iuran UE.

"Pendorong utama adalah tingkat diskonto terbaru dan asumsi inflasi, yang ditetapkan secara terpusat oleh pemerintah untuk menilai kewajiban jangka panjang," katanya, melansir Guardian.

"Namun, mengingat ini adalah kewajiban multi-dekade, variabel yang digunakan dalam perkiraan ini akan terus berfluktuasi naik dan turun."

Tagihan perceraian Brexit mencakup jaminan jangka panjang untuk pinjaman dan pengeluaran tertentu oleh lembaga-lembaga UE saat Inggris masih menjadi anggota blok tersebut. Awalnya pemerintah memperkirakan tagihan itu berkisar antara 35 miliar poundsterling dan 39 miliar poundsterling.

Ini termasuk pinjaman yang dijamin oleh Bank Investasi Eropa untuk infrastruktur dan proyek lain yang ditandatangani selama keanggotaan Inggris. Tidak ada penyelesaian terbatas yang disepakati karena tagihan memperhitungkan kinerja pinjaman.

Perkiraan terbaru Departemen Keuangan menempatkan angka tersebut pada 42,5 miliar poundsterling, naik dari 37,3 miliar poundsterling setahun yang lalu. Hingga akhir tahun lalu, Inggris mengatakan telah membayar 5,8 miliar poundsterling kepada UE sebagai bagian dari perjanjian.

"Kenaikan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan perubahan tingkat diskonto telah meningkatkan kewajiban pensiun kami, yang merupakan alasan terbesar untuk peningkatan perkiraan," kata seorang juru bicara Departemen Keuangan.

"Biaya penyelesaian yang sebenarnya dikonfirmasi ketika pembayaran dilakukan, berdasarkan nilai pada saat itu. Departemen Keuangan terus memantau dan memverifikasi pembayaran ini sesuai dengan kesepakatan yang dinegosiasikan," tambahnya.

Komisi Eropa sendiri telah menghitung tagihan perceraian lebih tinggi daripada yang dimiliki Inggris. Yakni sebesar 41 miliar poundsterling.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Bukti Terbaru Ketergantungan Eropa kepada China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular