
Masa Kejayaan Aceh - Kilang LNG Arun Segera Terulang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Aceh tiba-tiba menjadi magnet, terdorong adanya banyak 'harta karun' minyak dan gas bumi (migas) di seputaran wilayah yang dijuluki Serambi Mekkah itu. Yang terbaru pemerintah menyebutkan adanya potensi cadangan migas terbesar di lepas pantai Aceh.
Lalu, akan kah masa kejayaan Aceh atas komoditas migas kembali terulang dan Kilang Liquefied Natural Gas (LNG) Arun yang sempat mati suri akan kembali hidup lagi tatkala suplai dari potensi cadangan migas terbesar dunia itu mengalir ke daerah ini?
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan temuan sumber daya migas di Wilayah Kerja Andaman, Aceh memiliki potensi yang membuat area ini menjadi penemuan yang terbesar di dunia. Dengan kondisi tersebut, peluang pemerintah untuk menghidupkan kembali kejayaan Kilang LNG Arun di Aceh dalam beberapa tahun mendatang semakin terbuka lebar.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan wilayah Andaman kemungkinan bisa masuk dalam area giant discovery yang berpotensi menjadi temuan cadangan migas terbesar di dunia. Terutama jika Repsol selaku operator Blok Andaman III kembali mengulang kesuksesan yang dilakukan oleh Premier Oil selaku operator di Blok Andaman II.
"Blok Andaman III kan oleh Repsol, kalau ini ketemu juga ini bisa menjadi penemuan besar dunia. Kalau di sana ketemu, menyebarnya ke Thailand karena arahnya ke sana jadi luar biasa kalau ada," katanya Rabu (20/7/2022).
Tutuka mengatakan potensi sumber daya gas untuk Blok Andaman II sendiri rata rata sekitar 6 Trillion Cubic Feet (TCF). Ia pun optimistis jika potensi sumber daya Blok Andaman III tidak akan jauh dari potensi Andaman II. Sementara saat ini juga masih terdapat Blok Andaman I yang masih melangsungkan kegiatan eksplorasi dengan operator Mubadala Petroleum.
Penemuan di Blok Andaman II sendiri diperoleh setelah Premier Oil menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi Timpan-1 pada kedalaman air 4.245 kaki. Sumur di bor secara vertikal total pada kedalaman 13.818 kaki di bawah laut
Berdasarkan pengujian, sumur mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD). Premier Oil Andaman Ltd. akan segera melakukan studi evaluasi post drill untuk menentukan langkah eksplorasi selanjutnya dalam usaha mengkomersialisasikan penemuan ini di lepas pantai cekungan Sumatera Utara.
Sementara, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa Andaman II merupakan blok yang sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi perusahaan migas raksasa global seperti BP juga tertarik untuk masuk ke blok tersebut. Andaman II bahkan di gadang-gadang menjadi Blok Masela kedua.
Keinginan Dwi itu menjadi harapan semua pihak, terutama di tengah kondisi penurunan produksi migas secara nasional yang masih terus berlangsung. Ia juga berharap dengan adanya penemuan-penemuan gas di wilayah Aceh dapat kembali mengulang kejayaan Kilang LNG Arun di Aceh.
"Hopefully kalau benar ini ada giant discovery kita punya infrastruktur yang sudah ready di sana mudah-mudahan bisa menghidupkan Arun lagi," ujarnya saat ditemui di Bali, Selasa (28/9/2022).
Saat ini sebagian besar fasilitas di Arun menganggur atau tidak digunakan lantaran pasokan gas di sekitarnya telah susut. Sementara, dengan adanya temuan sumber gas di wilayah Andaman, diharapkan fasilitas-fasilitas tersebut dapat hidup kembali.
Seperti diketahui, berdasarkan catatan CNBC Indonesia sumber pasokan LNG di Indonesia berasal dari wilayah kerja atau blok migas di dalam negeri. Salah satunya yakni dari Wilayah Aceh dan Sumatra Bagian Utara (Region I).
Adapun, gas bumi dari Aceh dan Sumatra Bagian Utara telah lama diproduksi. Lapangan Arun di Aceh telah berproduksi sejak tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik, serta ekspor LNG ke Jepang dan Korea.
Pada saat itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi adalah ExxonMobil Oil Indonesia yang saat ini sudah beralih ke PHE NSO-NSB. KKKS lain yang beroperasi di Aceh beberapa diantaranya saat ini adalah Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc. dan ENI Krueng Mane Ltd, sedangkan di Sumatra Bagian Utara KKKS yang beroperasi adalah Pertamina EP Asset 1 dan EMP Gebang.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region I sebesar 6,60 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 1,33 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 5,27 TSCF. PT Medco E&P Malaka mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 3,68 TSCF disusul PHE NSO-NSB sebesar 1,11 TSCF, Pertamina EP Asset 1 sebesar 0.83 TSCF dan sisanya sebesar 0,98 TSCF dari tiga Wilayah Kerja lainnya yaitu Gebang, Krueng Mane dan Pase.
Selain pasokan gas bumi dari lapangan yang ada di Region I, saat ini gas bumi juga didatangkan dari Tangguh melalui Terminal Regasifikasi Arun. Fasilitas ini merupakan fasilitas ex LNG Plant yang dikonversi menjadi fasilitas regasi kasi. Gas bumi tersebut kemudian dialirkan ke Belawan melalui pipa transmisi Arun-Belawan berdiameter 24 inci dengan kapasitas terpasang 200 MMSCFD untuk memenuhi kebutuhan PLN dan industri di Medan dan sekitarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengeruk 'Harta Karun' Migas Baru, Pemerintah Fokus di 5 Area
