Jelang Keputusan Bank Indonesia, Begini Suara Bos Pengusaha

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
21 July 2022 12:23
Suasana gedung bertingkat di Kawasan Jakarta, Selasa (19/8/2018). Pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 5,3% yang didasarkan dengan outlookpertumbuhan di 2017 yang sebesar 5,2%. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Suasana gedung bertingkat di Kawasan Jakarta (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha menilai belum saatnya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Karena akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar mengatakan, kondisi ekonomi dunia yang diperburuk perang Rusia-Ukraina kemungkinan akan berbuntut panjang. Karena dampaknya yang sudah melebar ke harga-harga komoditas utama dunia. Apalagi, ujarnya, saat ini beberapa negara sudah dan diramalkan terancam resesi.

Indonesia, kata Bobby, saat ini sudah menjalankan pengendalian ekonomi dan penanganan pandemi Covid-19 yang baik. Karena itu, di awal tahun 2022, banyak pihak yang optimistis dengan laju pemulihan ekonomi besar-besaran. Terbukti, kata dia, industri manufaktur melakukan penambahan kapasitas.

"Secara umum, kami melihat sekarang belum saatnya Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi," kata Bobby kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (21/7/2022).

Karena itu, lanjutnya, ada jurus jangka pendek yang bisa ditempuh. Yaitu, memacu konsumsi domestik, khususnya belanja pemerintah pusat dan daerah.

"Presiden kan sudah bilang 40% dari APBN dan APBD itu untuk belanja produk dalam negeri, jangan impor. Ini menyangkut 65,4 juta UMKM kita, dimana 90% kekuatan ekonomi Indonesia itu adalah UMKM. Kalau ini dilaksanakan, ekonomi bergerak, ekonomi Indonesia aman," kata Bobby.

Dengan begitu, lanjutnya, upaya pemerintah memacu ekonomi selama 6 bulan terakhir tidak menjadi sia-sia.

"Kuncinya lakukan keseimbangan," katanya.

Soal kekhawatiran pelemahan rupiah jika BI tak segera bertindak menaikkan suku bunga, Bobby mengatkan, pemerintah sebaiknya berkonsentrasi ke strategi jangka panjang.

"Ini kan masalah orang tarik uang, ada capital outflow. Yang penting sekarang ini adalah jangan ada kebijakan yang menghambat ekonomi. Untuk menarik dana masuk, Indonesia mesti pintar mau tarik capital dari mana. Bagaimana pun Indonesia adalah pasar terbesar di Asia Tenggara. Indonesia bisa menarik investor masuk ke industri hijau," kata Bobby.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida. Dia berharap, pemerintah mempertimbangkan dulu sebelum memutuskan sebuah kebijakan. REI, katanya, telah memberikan masukan kepada BI.

"Kalau kenaikan BI Rate nggak banyak, nggak signifikan, nggak terlalu berpengaruh. Kami sudah memberikan masukan yang cukup ke BI. Cuma, sekarang pengaruhnya itu yang harus dipertimbangkan," kata Totok kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (21/7/2022).

Karena itu, lanjut Totok, dia meminta perbankan tidak langsung agresif jika BI kemudian memutuskan suku bunga acuan.

"Kami imbau perbankan, Himbara itu jangan cepat-cepat menaikkan juga karena spreadnya masih lebar, masih gede. Tolonglag efisiensi. Kami juga mengimbau ke anggota agar tidak menaikkan harga properti terlalu besar karena ini menyangkut daya beli masyarakat," kata Totok.

Sebab, lanjutnya, keputusan atas sektor properti akan berdampak bagi 174 bidang usaha dari 300 industri lainnya.

"Misalnya, kalau properti slow down, semen akan slow down. 65-70% pasar semen itu di properti. Industri terkaitnya akan slow down juga," kata Totok.

Hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur yang digelar 20-21 Juli 2022. 


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Suku Bunga Naik, Apa Efeknya Buat Wong Cilik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular