Internasional

Rusia Berikan Ancaman Nuklir ke Inggris, London Bisa Hancur

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
20 July 2022 14:35
Sebuah rudal balistik antarbenua Sarmat sedang diuji coba oleh militer Rusia di kosmodrom Plesetsk di wilayah Arkhangelsk, Rusia, Rabu (20/4/2022). (Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS)
Foto: Sebuah rudal balistik antarbenua Sarmat sedang diuji coba oleh militer Rusia di kosmodrom Plesetsk di wilayah Arkhangelsk, Rusia, Rabu (20/4/2022). (Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah peringatan terkait serangan nuklir kembali dilontarkan media Rusia. Kali ini, pernyataan itu dibuat oleh presenter pro-Kremlin sekaligus propagandis Rusia, Vladimir Solovyov.

Mengutip Express, Solovyov memberikan pernyataan langsung terkait serangan nuklir ini kepada Panglima Angkatan Bersenjata Inggris Sir Tony Radakin. Pasalnya, Radakin mengatakan Kremlin sebagai ancaman dunia.

"Siapa yang kamu kalahkan dan di mana, Laksamana?," ujarnya, dikutip Rabu, (20/7/2022).

Ia mengatakan Inggris akan hilang bila Moskow benar-benar menembakan satu saja rudal balistik terbarunya, Sarmat. Rudal itu dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan 15.000 mph dan memiliki area kehancuran 250.000 mil persegi.

Selain itu, rudal yang dijuluki Setan II oleh beberapa pemimpin NATO itu juga memiliki jangkauan 11.200 mil dan memiliki hasil ledakan yang 50 kali lebih kuat dari Hiroshima.

"Mereka (Inggris) benar-benar kehilangan akal ... dan sekarang mereka mengajari kita, negara (kita bisa hancurkan dengan) satu Sarmat."

Rusia sendiri merupakan negara pemilik hulu ledak nuklir terbanyak dunia. Saat ini, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyiagakan senjata mematikan itu sebagai respon atas sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Moskow karena menyerang Ukraina.

Salah satu negara yang cukup keras menghukum Rusia adalah Inggris. Selain sanksi ekonomi dan perdagangan, London juga memberikan bantuan senjata serta pelatihan khusus bagi pasukan Kyiv untuk menahan laju Rusia.

Adapun, Rusia memulai serangan yang disebutnya 'operasi militer' di Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang didukung Kyiv serta memaksa Ukraina untuk tidak bergabung ke NATO.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia "Out" dari "New Start", Putin Siap Perang Nuklir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular