
Isu Kesehatan Hingga Perempuan Dibahas dalam IAC B20

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok International Advocacy Caucus (IAC) yang terdiri dari sekitar 30 CEO global terkemuka dan pemimpin federasi bisnis dari negara-negara G20 yang menjadi pemandu Presidensi B20, telah menggelar forum pertemuan kedua mereka pada Selasa (12/7) secara daring.
Pada pertemuan kedua itu IAC membahas tiga isu yang berkaitan dengan tiga topik prioritas tersebut, yaitu mencegah krisis kesehatan di masa depan melalui kolaborasi, mengakselerasi green financing, dan mendukung peran perempuan dalam bisnis.
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan, pertemuan kedua IAC menyatakan komitmen B20 Indonesia untuk secara aktif mendukung upaya kolaboratif yang tengah berlangsung di negara-negara G20 melalui penyusunan rekomendasi konkret yang dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah negara G20.
"Dalam mencegah krisis kesehatan di masa depan, IAC melihat pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting. Untuk mengantisipasi munculnya krisis kesehatan di masa depan diperlukan kolaborasi dari semua pihak, utamanya pemerintah dan swasta," tegas Shinta Kamdani dalam keterangan tertulis, Selasa (19/7/2022).
Sementara, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Co-Chair B20 Indonesia, Arsjad Rasjid, mengatakan bahwa guna mempertahankan dan mendorong pemulihan lokal dan global serta menekan risiko volatilitas pasar keuangan, B20 Indonesia berkomitmen untuk menyusun B20 Legacy Program.
"B20 Legacy Program dirancang untuk memberikan hasil konkret dan dapat ditindaklanjuti melalui kolaborasi lintas batas yang akan bertahan melampaui periode jabatan B20 Indonesia serta meninggalkan dampak signifikan dan positif bagi komunitas G20 yang lebih luas," ujar Arsjad.
Ada enam B20 Legacy Program potensial di tiga topik prioritas IAC yakni Digitally-enabled pathogen monitoring system that is 'Always On', Global 'One Shot' campaign, Carbon Center of Excellence, Global Blended Finance Alliance, dan One Global Women Empowerment.
Dalam diskusi mengenai infrastruktur kesehatan global yang inklusif dan setara, CEO GAVI-the Vaccine Alliance, Dr. Seth Berkley menyoroti bahwa kolaborasi sektor swasta menjadi kunci untuk meningkatkan kesiagaan bangsa dalam mengantisipasi krisis kesehatan di masa depan.
"Kita perlu menekankan untuk beralih dari skenario bertindak dalam keadaan darurat, dengan pengawasan kurang merata, menjadi sistem pengawasan yang selalu aktif dengan kapabilitas deteksi penyakit yang lebih andal untuk mencegah wabah secara berkelanjutan," terangnya.
Sementara itu, dalam diskusi tentang green transition yang mendorong percepatan green financing, Global Managing Partner, McKinsey and Company Bob Sternfels menuturkan bahwa untuk membiayai transisi ekonomi ke net zero, dibutuhkan total modal untuk aset fisik selama transisi dan realokasi membelanjakan modal yang ada.
"Investasi modal ini akan menciptakan peluang pertumbuhan signifikan dalam waktu dekat bagi perusahaan dan negara melalui beberapa langkah utama, termasuk meningkatkan teknologi dan produk ramah lingkungan, mendekarbonisasi aset dan proses yang ada, dan mengoptimalkan portofolio dengan menghentikan aset yang bersifat carbon intensive," jelas Bob.
Sedangkan terkait, terkait kesetaraan gender dan mendukung peran perempuan dalam bisnis, Chair International Chamber of Commerce dan CEO Orestia Mexico, Maria Fernanda Garza berfokus pada partisipasi perempuan dalam perdagangan global, mengingat pengusaha perempuan seringkali menghadapi hambatan hukum, komersial, dan budaya yang membatasi pertumbuhan bisnis mereka.
"Guna mengatasi hambatan tersebut, ada beberapa bidang spesifik untuk mempercepat inklusi perempuan dalam perdagangan lintas batas, termasuk action plan jelas untuk mengatasi kesenjangan gender pada tahun 2030, meningkatkan ketersediaan jaminan pembiayaan bagi para pengusaha perempuan, dan mengumpulkan gender disaggregated trade data," pungkasnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dorong Realisasi Pasar Karbon, B20 Indonesia Gandeng ICDX