
Ketiban 'Durian Runtuh', Eropa Borong Batu Bara RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) kebanjiran pesanan batu bara dari negara-negara Eropa, khususnya negara-negara Eropa yang sempat 'teriak' krisis energi akibat seretnya suplai bahan baku untuk pembangkit listrik.
Tercatat, pesanan batu bara dari Indonesia ke Eropa mengalami peningkatan yang signifikan dari kuartal I-2022 yang hanya US$ 78,4 juta menjadi US$ 191,2 juta.
Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan, perkembangan ekspor batu bara menjadi bagian penting Indonesia sejak kuartal II-2022 ini. Batu bara menjadi komoditas unggulan yang mendukung surplusnya neraca dagang Indonesia pada semester I-2022 ini.
Adapun peningkatan ekspor terjadi dilihat dari negara-negara Eropa. "Menunjukkan peningkatan di 2022, terjadi peningkatan signifikan. Kalau kita lihat negara tujuannya adalah Italia, Polandia dan Swiss," terang Margo dalam keterangan persnya, Jumat (15/7/2022).
Mengacu data BPS, nilai ekspor batu bara ke negara-negara Eropa seperti Italia mencapai US$ 111,70 juta, kemudian Belanda mencapai US$ 79,20 juta, Polandia mencapai US$ 43,20 juta dan Swiss mencapai US$ 15,50 juta
Seperti yang diketahui memang, beberapa negara Eropa sudah 'teriak' krisis energi tatkala Uni Eropa mencekal Ekonomi Rusia dampak dari perang dengan Ukraina. Disamping itu, saat ini Rusia tengah menyetop aliran gas dari pipa Nord Stream I ke Eropa, alhasil negara-negara Eropa ini mencari subtitusi gas untuk pembangkit listrik, salah satunya adalah batu bara dari Indonesia.
Yang diketahui, Polandia sudah memesan batu bara Indonesia sebanyak 52.230 ton, sementara Jerman kabarnya sedang bernegosiasi untuk memesan batu bara Indonesia sebanyak 5 - 6 juta ton.
Dalam Konfrensi Pers, BPS mencatat, Indonesia kembali melanjutkan tren positif pada sisi ekspor dan impor. Neraca perdagangan Indonesia selama semester I-2022 berhasil mencapai US$ 24,89 miliar.
"Selama semester I-2022 surplus neraca perdagangan mencapai US$ 24,89 miliar naik sebesar 110,22% kalau dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Margo Yuwono. Bila melihat sejarahnya, maka surplus sudah mencapai 26 kali beruntun.
Tercatat, ekspor Indonesia Juni mencapai US$ 26,09 miliar, naik 40,68% dibandingkan tahun lalu atau year on year (yoy) dan 21,30% secara month on month (mom). Sementara impor mencapai US$ 21 miliar. Sehingga surplus kembali terjadi dengan besaran kali ini US$ 5,09 miliar. Impor secara yoy tumbuh 21,98% dan 12,87% secara mom.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Bukti RI Masih Menikmati 'Pesta Durian Runtuh' Tahun 2023
