
Resesi di Depan Mata, Bagaimana Kondisi Pangan Dunia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketahanan pangan jadi isu utama dunia akhir-akhir ini. Produksi yang terganggu akibat kekeringan ditambah konflik antara Rusia dan Ukraina, diperparah dengan proteksionisme oleh para negara produksi pangan.
Dampaknya pasokan bahan-bahan makanan di dunia pun susut. Ini meningkatkan risiko krisis pangan atau kelaparan di seluruh dunia.
Terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengeluarkan laporan estimasi pasokan pertanian dunia. Berikut rangkumannya:
Gandum
Pasokan gandum global pada 2022/2023 diperkirakan akan turun 1,1 juta ton menjadi 1.051,7 juta ton. Produksi di Uni Eropa (UE), Ukraina, dan Argentina direvisi lebih rendah.
Prediksi produksi UE diturunkan 2 juta ton menjadi 134,1 juta ton, karena cuaca kering yang berkelanjutan menurunkan prospek hasil terutama di Spanyol, Italia, dan Jerman. Produksi Ukraina diturunkan 2 juta ton menjadi 19,5 juta ton karena pengurangan luas panen.
Proyeksi perdagangan global 2022/23 diperkirakan meningkat 0,9 juta ton menjadi 205,5 juta ton karena ekspor yang lebih tinggi dari Kanada dan Amerika Serikat. Di sisi lain, ekspor lebih rendah dari Argentina dan Uni Eropa turun.
Konsumsi dunia turun 1,8 juta ton menjadi 784,2 juta ton, terutama untuk pakan dan penggunaan sisa persediaan di Uni Eropa dan Ukraina. Proyeksi stok akhir dunia 2022/23 meningkat 0,7 juta ton menjadi 267,5 juta ton tetapi tetap terendah sejak 2016/17.
Biji-bijian Kasar
Produksi jagung dunia pada 2022/2023 diperkirakan akan turun karena pengurangan untuk Rusia, Uni Eropa, dan Kenya. Produksi jagung Uni Eropa berkurang dengan perkiraan penurunan untuk Italia.
Sementara produksi jelai turun untuk Uni Eropa karena penurunan produksi dari Spanyol dan Prancis. Produksi jelai di Australia dan Ukraina diperkirakan berkurang.
Perubahan perdagangan global utama untuk 2022/23 termasuk ekspor jagung dari Rusia yang diperkirakan berkurang. Sementara ada pertumbuhan Impor jagung dari Zimbabwe.
Ekspor jelai Kanada dan Uni Eropa diperkirakan akan turun. Stok jagung global diperkirakan sebesar 313,0 juta ton, naik 2,5 juta ton dibandingkan bulan lalu.
Beras
Prospek beras global 2022/2023 adalah untuk pasokan, konsumsi, dan stok lebih rendah dengan perdagangan yang lebih tinggi.
Pasokan diproyeksi berkurang 1,3 juta ton menjadi 701,4 juta ton karena stok awal yang lebih rendah di India dan Pakistan. Ditambah dengan pengurangan produksi dari UE dan Amerika Serikat.
Produksi UE diperkirakan pada tingkat terendah sejak 1995/1996 karena kekeringan parah di Italia dan Spanyol, dua negara penghasil beras terbesar di UE.
Konsumsi beras dunia pada 2022/2023 berkurang 0,6 juta ton menjadi 518,6 juta ton, masih menjadi rekor konsumsi.
Sementara perdagangan global 2022/2023 meningkat 0,4 juta ton menjadi 54,6 juta ton karena ekspor yang lebih tinggi dari Pakistan dan Kamboja.
Proyeksi persediaan akhir dunia 2022/2023 berkurang 0,7 juta ton menjadi 182,8 juta ton, terutama karena pengurangan dari India dan Pakistan.
Minyak dari Biji-bijian
USDA memperkirakan pasokan dan permintaan biji minyak global 2022/2023 mengalami produksi yang lebih rendah, ekspor yang lebih rendah, dan stok akhir yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu.
Produksi biji minyak global berkurang 3,7 juta ton menjadi 643,1 juta ton dipengaruhi produksi kedelai, rapeseed, biji kapas, dan kacang tanah yang lebih rendah. Sementara itu produksi biji bunga matahari yang lebih tinggi.
Produksi rapeseed Uni Eropa turun 0,4 juta ton menjadi 17,9 juta ton karena kondisi kering yang berkelanjutan terutama di Prancis dan Jerman. Produksi biji bunga matahari Rusia meningkat 1 juta ton menjadi 15,5 juta ton.
Stok akhir kedelai global 2022/2023 sedikit berkurang menjadi 99,6 juta ton karena stok yang lebih tinggi dari Argentina meskipun stok yang lebih rendah untuk Amerika Serikat, Brasil, dan China
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Minta Pemerintah Waspada Aksi Penimbunan Bahan Pangan