Duh! Ledakan Harga Pangan Ancam 323 Juta Warga Dunia

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
10 July 2022 19:40
2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)
Foto: 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mengajak kerja sama global untuk mengatasi krisis yang tengah mengancam. Mulai dari lonjakan harga energi hingga komoditas pangan, di tengah upaya pemulihan pascapandemi Covid-19.

Kemampuan ekonomi Indonesia tetap bisa tumbuh 5,1% pada triwulan-I tahun 2022 diharapkan bisa menjadi modal untuk mendorong kolaborasi bangkit bersama.

"Indonesia meminta dukungan anda untuk memastikan dunia pulih bersama, sehingga kita semua dapat berdiri lebih kuat menghadapi tantangan ke depan," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka Pertemuan Sherpa ke-2 di Labuan Bajo secara virtual, Minggu (10/7/2022).

Airlangga menyoroti 5 tantangan utama pemulihan global. Dan mengajak negara-negara G20 bertindak bersama.

Lima tantangan memicu The Perfect Storm tersebut, ujarnya, Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, serta Cost of Living. 

"G20 memiliki tanggung jawab untuk memikirkan negara lain dan menempatkan solusi di atas meja. Jutaan orang menderita akibat dampak konflik di Ukraina. Jutaan orang di seluruh dunia mendambakan untuk memenuhi kebutuhan dasar akan makanan, tempat tinggal, dan keamanan," kata Airlangga dikutip dari keterangan tertulisnya.

2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)Foto: 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)
2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)

Airlangga mengutip data Program Pangan Dunia PBB, bahwa meroketnya harga pangan dapat menyebabkan 323 juta orang di seluruh dunia menjadi sangat rawan pangan atau berisiko tinggi.

"G20 dapat mengambil tindakan untuk melindungi yang paling rentan di dunia dengan mengatasi gangguan pada produksi pertanian, rantai pasokan, dan perdagangan," ujarnya.

Harga energi dan volatilitas pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, imbuh dia, harus menjadi agenda utama global.

"Inflasi, ketahanan pangan dan energi akan menghambat ekonomi global, membuat pencapaian target pembangunan global (SDG'S) semakin sulit. Indonesia memperkirakan dibutuhkan US$4,3 triliun setiap tahun untuk mencapai tujuan kita. Sekali lagi, tanggung jawab kita sebagai forum ekonomi utama adalah untuk mencapai tujuan ini," kata Airlangga.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi mengatakan, semangat multilateralisme semakin meningkat di tengah tantangan kondisi global.

"Multilaterisme membutuhkan kepercayaan. Karena itu, kita tidak memiliki pilihan selain memperkuat kepercayaan strategis dan saling menghormati di antara kita semua dan menjunjung tinggi nilai-nilai multilateralisme," kata Retno.

Dia menambahkan, isu kenaikan harga pangan dan energi menjadi perhatian utama banyak negara. Kegagalan untuk mengatasi persoalan pangan dan krisis energi itu akan membawa dunia menghadapi bencana kemanusiaan karena banyak negara, terutama negara berkembang dan miskin, akan terpukul.

2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)Foto: 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)
2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Minggu (10/7/2022) secara virtual. (Ist Amiri Yandi/InfoPublik.id/)

"Kami gembira melihat komitmen yang kuat dari berbagai negara (member G20) untuk berkolaborasi memperkuat ketahanan pangan global dan energi," ujar Retno.

Pertemuan Kedua Sherpa di Labuan Bajo diikuti seluruh negara anggota G20, dengan 19 anggota G20 hadir secara fisik dan 1 secara virtual. Turut hadir juga 6 negara undangan dan 9 organisasi internasional. Digelar mulai 9 Juli hingga 13 Juli 2022.

"Tugas kita sebagai Sherpa adalah memelihara hubungan kerja yang kondusif. Hal itu merupakan unsur penting untuk mengubah saran teknis dan kebijakan yang kompleks menjadi tindakan yang berani dan ambisius bagi Kepala Negara kita," kata Menko Perekonomian Airlangga.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hiiii... Jokowi Ungkap Dua Masalah Krusial di Masa Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular