Covid Meledak (Lagi), Ini Daftar Negara Kasus Tertinggi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 masih terus meningkat di beberapa negara dalam sepekan terakhir. Hal ini terjadi cukup merata di seluruh wilayah dunia.
Dalam laporan mingguan WHO, badan kesehatan itu mengakui adanya lonjakan kasus Covid dalam beberapa pekan ini yang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Meski terjadi lonjakan jumlah kasus, angka kematian kematian justru ditemukan mengalami penurunan.
"Selama sepekan 27 Juni hingga 3 Juli 2022, lebih dari 4,6 juta kasus baru dilaporkan. Jumlah kematian mingguan baru menurun 12%, dengan lebih dari 8100 kematian dilaporkan," ujar laporan mingguan WHO yang dirilis Rabu, dikutip Jumat (8/7/2022).
Di tingkat regional, jumlah kasus baru mingguan meningkat di Kawasan Mediterania Timur (+29%), Kawasan Asia Tenggara (+20%), Kawasan Eropa (+15%), dan Kawasan Pasifik Barat ( +4%). Di sisi lain, penurunan terjadi di Wilayah Afrika (-33%) dan Wilayah Amerika (-18%).
"Jumlah kematian mingguan baru meningkat di Wilayah Mediterania Timur (+34%) dan Wilayah Asia Tenggara (+16%), sedangkan penurunan diamati di Wilayah Afrika (-50%), Wilayah Amerika (-13%), Wilayah Eropa (-12%) dan Wilayah Pasifik Barat (-12%)," tulis data itu memaparkan angka kematian.
Secara per negara, jumlah tertinggi kasus mingguan baru dilaporkan dari Prancis (603.074 kasus), Jerman (555.331 kasus), Italia (511.037 kasus), Amerika Serikat (AS) (496.049 kasus), dan Brazil (334.852 kasus).
"Jumlah tertinggi kematian mingguan baru dilaporkan dari AS (1.622 kasus), Brasil (1.187 kasus), China (755 kasus), Italia (430 kasus), dan Federasi Rusia (371 kasus)."
Dengan adanya peningkatan kasus Covid-19, WHO menyebutkan bahwa per tanggal 3 Juli 2022 dunia telah melaporkan 546 juta kasus yang dikonfirmasi dengan diiringi lebih dari 6,3 juta kematian.
Lebih lanjut, WHO juga memperingatkan beberapa negara agar terus meningkatkan dan memperkuat kapasitas testingnya. Ini untuk mendeteksi kasus secara lebih dini.
"Tren ini harus ditafsirkan dengan hati-hati karena beberapa negara telah secara progresif mengubah strategi pengujian Covid-19, menghasilkan jumlah tes yang dilakukan secara keseluruhan lebih rendah dan akibatnya jumlah kasus yang terdeteksi lebih rendah," tegas badan yang berpusat di Swiss itu.
(sef/sef)