Internasional

Putin Umumkan Kemenangan, Perang Kelar? Tidak! Ini 6 Faktanya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 July 2022 11:00
Kendaraan artileri self-propelled Rusia, tank dan kendaraan militer berkumpul di jalan Tverskaya menuju Lapangan Merah selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). Pawai akan berlangsung di Lapangan Merah Moskow pada Mei 9 untuk merayakan 76 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)
Foto: Kendaraan artileri self-propelled Rusia, tank dan kendaraan militer berkumpul di jalan Tverskaya menuju Lapangan Merah selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). Pawai akan berlangsung di Lapangan Merah Moskow pada Mei 9 untuk merayakan 76 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Vladimir Putin mengumumkan kemenangan Rusia di Ukraina, tepatnya di Oblast Luhansk setelah berbulan-bulan pertempuran pecah, Selasa. Ini setelah militer Rusia merebut kota penting Lysychansk di oblast tersebut dan memukul mundur pasukan Ukraina Minggu.

Lysychansk bersama Sievierodonetsk adalah dua kota penting di Luhansk. Sievierodonetsk sendiri sudah dikuasai Rusia beberapa pekan sebelumnya.

Ini juga kemajuan penting bagi Kremlin yang pada April 2022, gagal dalam upaya penyerangan ibu kota Ukraina, Kyiv. Putin menarik mundur pasukannya karena tak kunjung bisa melumpuhkan kota itu meski menyerang dari akhir Februari.

Lalu apakah perang berakhir?

Kenyataannya perang masih terjadi hingga kini. Berikut perkembangan terbaru perang Rusia-Ukraina dikutip AFP dan Newsweek, Kamis (7/7/2022):

1. Ada Target Baru

Rusia dilaporkan saat ini sedang menggempur kota Sloviansk di Oblast Donetsk, masih wilayah Timur Ukraina. Kota ini cukup dekat dengan Lysychansk yang telah berhasil dikuasai sebelumnya.

Dalam serangan ke kota itu, Rusia menerjunkan bom dan artileri berat untuk menguasai kota itu sepenuhnya. Hal ini mendorong otoritas Ukraina untuk mengevakuasi warga sipil dari wilayah itu.

"Dua puluh tahun bekerja; semuanya hilang. Tidak ada lagi pendapatan, tidak ada lagi kekayaan," kata Yevgen Oleksandrovych, 66, kepada AFP saat dia mensurvei lokasi toko suku cadang mobilnya, yang hancur akibat serangan pada Selasa.

Wartawan AFP melihat roket menghantam pasar Sloviansk dan jalan-jalan sekitarnya, dengan petugas pemadam kebakaran berebut untuk memadamkan api. Sekitar sepertiga pasar tampaknya telah hancur, dengan penduduk setempat memeriksa apa yang tersisa di antara reruntuhan yang hangus.

Meski begitu, sebagian pasar yang tersisa masih dapat berfungsi. Terlihat sedikit pembeli yang membeli buah dan sayuran.

Walikota Vadym Lyakh mengatakan sekitar 23 ribu orang dari 110 ribu penduduk kota masih dalam zona perang. Ia berjanji bahwa kota yang dipimpinnya itu tidak akan mudah jatuh dalam kendali Rusia.

"Sejak awal permusuhan, 17 warga masyarakat tewas, 67 terluka," katanya.

"Evakuasi sedang berlangsung. Kami membawa orang keluar setiap hari. Banyak pengungsi dibawa dengan bus ke kota Dnipro, lebih jauh ke barat."

"Kota ini dibentengi dengan baik. Rusia tidak berhasil maju ke kota itu," kata walikota.

2. Kunjungan PM Irlandia ke Ukraina

Perdana Menteri (PM) Irlandia Michael Martin berada di Ukraina Rabu untuk menyuarakan solidaritas terhadap negara itu. Ia mengunjungi Borodyanka dan Bucha, dua kota yang telah menjadi simbol dari dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia.

"Pada abad ke-21, untuk melihat kejahatan seperti itu sangat, sangat sulit untuk dipahami," katanya sebelum berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dalam pidato malamnya, Zelensky memuji artileri berat baru Barat karena meningkatkan daya tembak Ukraina.

"Senjata yang kami terima dari mitra kami mulai bekerja dengan sangat kuat. Akurasinya persis seperti yang seharusnya," katanya.

"Pembela kami menimbulkan pukulan besar di gudang dan titik lain yang penting untuk logistik penjajah. Dan ini secara signifikan mengurangi potensi ofensif tentara Rusia."

3. Uni Eropa (UE) Bersiap Kehilangan Gas

UE pada hari Rabu menetapkan fokus yang lebih keras pada energi mengingat perang Rusia di Ukraina. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung hingga 40% dari gas Moskow.

"Kita perlu bersiap untuk gangguan lebih lanjut dari pasokan gas, bahkan pemutusan total dari Rusia," kata ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada Parlemen Eropa.

UE sendiri telah meluncurkan rencana 300 miliar euro untuk menghentikan pasokan bahan bakar fosil Rusia.

4. Rusia Hukum Penjara Maksimal bagi Penentang Putin

Parlemen Rusia pada hari Rabu memperkenalkan hukuman penjara yang keras karena bertindak melawan keamanan nasional dan juga kepada yang bekerjasama secara rahasia dengan pihak asing untuk menghambat aksi Moskow.

Selain itu, anggota parlemen juga menyetujui undang-undang untuk menciptakan gerakan pemuda patriotik. Ini mirip dengan apa yang dilakukan negara itu saat masih menjadi Uni Soviet.

5.Perang Nuklir

Sementara itu mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut kemungkinan perang nuklir jika Pengadilan Kriminal Internasional bergerak untuk menghukum Moskow atas tuduhan kejahatan di Ukraina.

"Gagasan untuk menghukum negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar adalah tidak masuk akal," kata Medvedev, sekutu dekat Presiden Vladimir Putin.

"Dan berpotensi menciptakan ancaman bagi keberadaan umat manusia."

6. Rusia Ingin Ambil Alaska AS

Ketua Parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerbu Amerika Serikat (AS) dari Alaska. Ia menyebutkan bahwa wilayah kedaulatan dari Washington itu sebenarnya merupakan milik Moskow.

"Ketika mereka (anggota parlemen AS) mencoba untuk mengambil aset kami di luar negeri, mereka harus menyadari bahwa kami juga memiliki sesuatu untuk diklaim kembali," kata Volodin dalam pertemuan dengan pejabat Rusia pada hari Rabu, mengutip Newsweek.

Alaska pernah menjadi bagian dari Rusia sampai AS membeli wilayah itu pada 30 Maret 1867 dengan harga US$ 7,2 juta. Kemudian, Alaska dijadikan sebagai salah satu negara bagian Negeri Paman Sam pada 1959 bersama dengan Hawaii.

Meskipun kepemilikan Rusia atas Alaska berakhir lebih dari seabad yang lalu, keduanya berbagi kedekatan geografis. Pulau Big Diomede yang merupakan milik Rusia dan Pulau Little Diomede yang menjadi wilayah Alaska AS, berjarak kurang dari tiga mil pada titik terdekat mereka di Selat Bering.

Selain itu, Daratan Alaska dan Rusia haya berjarak 55 mil. Ini terlihat dari titik terdekat mereka antara Semenanjung Seward Alaska dan Semenanjung Chukotka Rusia.

Meski tak menyinggung perang, seorang anggota parlemen Rusia lain, Oleg Matveychev, juga mendesak pengembalian semua properti Rusia di luar negarei.

"Rusia harus mencari pengembalian semua properti milik kekaisaran Rusia, Uni Soviet dan Rusia saat ini, yang telah disita di Amerika Serikat, dan seterusnya," katanya.

"Ini juga termasuk Alaska," ujarnya lagi saat berbicara di television national, dikutip media yang sama.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Fakta Baru Perang Rusia: Ukraina Latihan Jet Tempur AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular