Internasional

Awas PD 3, Perang Rusia-AS Bisa Pecah di Alaska

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 July 2022 08:00
lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/
Foto: lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang sedang memanas dapat memicu perang antara kedua negara. Kemungkinan ini diutarakan langsung oleh teman dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Vyacheslav Volodin.

Volodin, yang saat ini menjabat sebagai ketua parlemen Rusia, Duma Negara, mengatakan bila perang terjadi, Rusia akan menyerbu AS dari Alaska. Ia menyebutkan bahwa wilayah kedaulatan dari Washington itu sebenarnya merupakan milik Moskow.

"Ketika mereka (anggota parlemen AS) mencoba untuk mengambil aset kami di luar negeri, mereka harus menyadari bahwa kami juga memiliki sesuatu untuk diklaim kembali," kata Volodin dalam pertemuan dengan pejabat Rusia pada hari Rabu, mengutip Newsweek, Kamis (7/7/2022).

Alaska pernah menjadi bagian dari Rusia sampai AS membeli wilayah itu pada 30 Maret 1867 dengan harga US$ 7,2 juta. Kemudian, Alaska dijadikan sebagai salah satu negara bagian Negeri Paman Sam pada 1959 bersama dengan Hawaii.

Meskipun kepemilikan Rusia atas Alaska berakhir lebih dari seabad yang lalu, keduanya berbagi kedekatan geografis. Pulau Big Diomede yang merupakan milik Rusia dan Pulau Little Diomede yang menjadi wilayah Alaska AS, berjarak kurang dari tiga mil pada titik terdekat mereka di Selat Bering.

Selain itu, Daratan Alaska dan Rusia haya berjarak 55 mil. Ini terlihat dari titik terdekat mereka antara Semenanjung Seward Alaska dan Semenanjung Chukotka Rusia.

Meski tak menyinggung perang, seorang anggota parlemen Rusia lain, Oleg Matveychev, juga mendesak pengembalian semua properti Rusia di luar negarei.

"Rusia harus mencari pengembalian semua properti milik kekaisaran Rusia, Uni Soviet dan Rusia saat ini, yang telah disita di Amerika Serikat, dan seterusnya," katanya.

"Ini juga termasuk Alaska," ujarnya lagi saat berbicara di televisi nasional, dikutip media yang sama.

Sementara itu, Gubernur Alaska Mike Dunleavy bereaksi. Ia mencuitkan pernyataan melalui Twitter.

"Semoga beruntung dengan itu! Tidak, jika kami memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang itu. Kami memiliki ratusan ribu orang Alaska dan anggota militer bersenjata yang akan melihatnya secara berbeda," katanya.

Pemerintah Putin sendiri belum memberi pernyataan resmi. Hal sama juga belum dikomentari Presiden AS Joe Biden dan kantornya Gedung Putih.

Sebelumnya, Rusia mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Tujuannya "operasi militer" untuk melawan kelompok nasionalis "mendiskriminasi" masyarakat berbahasa Rusia.

Selain itu, Rusia juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan bergabungnya Kyiv dapat membuat aliansi itu menggunakan pasal 5 untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.

Meski demikian, mayoritas negara PBB mengecam tindakan Rusia karena melanggar kedaulatan negara lain. Laporan PBB menyebut sudah ada lebih dari 4.700 warga sipil yang tewas serta lebih dari 6 juta warga Ukraina mengungsi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Perang Dunia 3 Rusia-AS Pecah di Alaska, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular