
6 Fakta Baru Rusia-Ukraina: Perang Dunia 3, NATO & Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia ke Ukraina masih terus terjadi. Sejak dimulai Februari, saat ini pertempuran sudah memasuki 125 hari.
Berikut sejumlah fakta terbaru di lapangan Selasa (28/7/2022):
1.Perang Dunia 3
Rusia mengancam NATO akan "Perang Dunia 3". Ini dikatakan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev.
Hal itu terkait wilayah Ukraina yang dianeksasi Kremlin sejak 2014, Krimea. Setiap "pelanggaran" yang dilakukan aliansi itu di semenanjung Krimea akan dianggap sebagai deklarasi Perang Dunia 3.
"Bagi kami, Krimea adalah bagian dari Rusia. Dan itu berarti selamanya. Setiap upaya untuk melanggar batas Krimea adalah deklarasi perang terhadap negara kami," tegas Medvedev Senin, dikutip Reuters melansir situs berita Argumenty i Fakty.
"Dan jika ini dilakukan oleh negara anggota NATO, ini berarti konflik dengan seluruh aliansi Atlantik Utara; Perang Dunia Ketiga. Sebuah bencana total," tambahnya.
2.Rudal Rusia Hamtam Mal Ukraina di Jam Sibuk
Rusia dilaporkan menembak rudal ke sebuah mal di kota Ukraina bagian tengah, Kremenchuk, Senin (27/6/2022) waktu setempat. Akibatnya sedikitnya 16 orang tewas dan 40 terluka.
Serangan disebut dilakukan kala jam sibuk. Jumlah korban diyakini masih akan bertambah.
Hal ini membuat kemarahan di Ukraina. Bahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutnya "teroris".
"Serangan Rusia hari ini di pusat perbelanjaan di Kremenchuk adalah salah satu aksi teroris paling berani dalam sejarah Eropa," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam siaran malamnya yang diposting di Telegram, dikutip AFP.
"Mall terbakar, penyelamat sedang memadamkan api. Jumlah korban tidak mungkin dibayangkan," tulis Zelensky lagi di Facebook.
Kejadian dibenarkan gubernur setempat, Dmytro Lunin. Sebuah video juga menunjukkan bagaimana api membakar mal tersebut dan petugas pemadam sibuk melakukan evakuasi di luar.
Mengutip angkatan udara Ukraina, mal tersebut dihantam rudal anti-kapal Kh22 yang ditembakkan bomber Rusia Tu-22. Lunin sendiri menyebut tindakan Rusia "kejahatan perang" dan "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Selain serangan ini, sejumlah serangan Rusia juga tercatat kemarin. Di antaranya penembakan terhadap kota Kharkiv di timur laut Ukraina yang menewaskan empat orang dan melukai 19 orang lainnya.
3.Barat Beri Saksi Baru ke Emas Rusia
Dalam ekonomi dan diplomasi, kelompok negara-negara kaya G7 bersumpah untuk mendukung Ukraina "selama yang dibutuhkan". Mereka juga berjanji untuk memperketat tekanan pada keuangan Rusia dengan sanksi baru.
Ini akan mencakup proposal untuk membatasi harga minyak Rusia. Kemarin, tiga negara angora juga akan melarang ekspor emas.
"(Tindakan ini) akan secara langsung menghantam oligarki Rusia dan menyerang jantung mesin perang (Presiden Vladimir) Putin," kata Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, seperti dikutip Reuters.
Ditaksir, emas Rusia bernilai 12,6 miliar pound atau US$ 15,5 miliar untuk ekonomi Kremlin pada 2021, sebesar 5% lebih dari ekspor total. Selain sebagai ekspor utama bagi Rusia, emas juga berfungsi sebagai pelindung aset.
4.Rusia Gagal Bayar
Rusia telah gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kali. Kondisi ini terjadi pasca negara itu melewatkan tenggat waktu pada Minggu untuk membayar bunga obligassi US$ 100 juta.
Negeri itu memiliki deadline pembayaran pada 27 Mei dengan masa tenggang 30 hari setelahnya, yang berakhir kemarin lusa. Sumber sejumlah media asing seperti Reuters menulis pemegang obligasi di Taiwan misalnya mengaku belum menerima pembayaran.
Namun, default tersebut bukan karena Rusia tidak memiliki dana, tetapi karena sanksi yang diberikan AS. Konflik perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut dipojokkan oleh negara-negara Barat.
Kremlin menyebut kejadian ini sebagai "lelucon". Negeri Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyebutnya "artificial" alias buatan.
"Tidak ada alasan untuk menyebut situasi ini sebagai default," kata Juru Bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, dalam keterangan terbarunya kepada wartawan, dikutip AFP.
Sementara itu, beberapa ahli mengesampingkan pendapat Rusia soal "default teknis". Hal ini, ujar analis, memiliki konsekuensi yang luas.
"Default ini penting karena akan berdampak pada peringkat Rusia, akses pasar dan biaya pembiayaan untuk tahun-tahun mendatang," kata ahli strategi pasar negara berkembang di BlueBay Asset Management, Timothy Ash.
"Dan itu berarti investasi yang lebih rendah, pertumbuhan yang lebih rendah, standar hidup yang lebih rendah, modal dan pelarian manusia (brain drain), dan lingkaran setan penurunan bagi ekonomi Rusia."
5.NATO Siapkan 300 Ribu Tentara Siaga Tinggi
NATO berencana untuk menyiagakan hingga 300 ribu pasukannya. Dalam sebuah pernyataan pers, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa langkah itu merupakan perombakan terbesar dalam pertahanan kolektif Perang Dingin.
"KTT NATO kami di Madrid minggu ini akan transformatif dengan banyak keputusan penting, termasuk tentang Konsep Strategis baru untuk realitas keamanan baru," kata Stoltenberg pada sesi konferensi pers terkait KTT NATO yang akan diadakan pada Selasa mendatang di Madrid.
"Kami akan mengubah Pasukan Respons NATO dan meningkatkan jumlah pasukan kesiapan tinggi kami menjadi lebih dari 300.000," tambahnya seperti dikutip CNBC International.
Angka ini sendiri merupakan peningkatan yang cukup besar hingga hampir 650%. Sebelumnya, pasukan siaga NATO hanya berjumlah 40 ribu personil.
"Pasukan ini akan berlatih bersama dengan pasukan pertahanan dalam negeri, dan mereka akan terbiasa dengan fasilitas medan lokal ... sehingga mereka dapat merespons dengan lancar dan cepat terhadap keadaan darurat apa pun."
6.Jokowi Menuju Ukraina
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan bertolak ke Ukraina. Ini setelah selesai menghadiri rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 Jerman.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengemukakan, Jokowi akan melintasi Polandia menuju Ukraina. Pemerintah Indonesia pun telah berkomunikasi terkait kunjungan Jokowi ke negara tersebut.
"Presiden akan meneruskan perjalanan ke Ukraina melalui Polandia," kata Retno dalam pernyataan pers yang disiarkan langsung melalui Youtube Sekretariat Presiden.
Selain melakukan komunikasi intensif dengan Ukraina, Retno mengemukakan, pemerintah Indonesia juga melakukan komunikasi dengan pemerintah Rusia terkait kunjungan Jokowi ke negara tersebut.
"Tentu komunikasi juga terus kita lakukan dengan Ukraina dan Rusia sendiri," kata Retno.
Jokowi sendiri diagendakan untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenksy dan Presiden Vladimir Putin. Jokowi akan mencoba berdialog agar perang yang sudah berlangsung dalam empat bulan terakhir bisa disetop.
(sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Fakta Baru Perang Rusia: Ukraina Latihan Jet Tempur AS
