Internasional

Duh! Perang Rusia-Ukraina Bikin Industri Narkoba Makin Subur

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
27 June 2022 18:10
The belongings removed from pockets of drug users detained during a Taliban raid lay on the ground of a police station in Kabul, Afghanistan, Friday, Oct. 1, 2021. At least 150 men were taken to the district police station, where all their belongings -- drugs, wallets, knifes, rings, lighters, a juice box -- were burned in a pile since they are forbidden to take them to the treatment center. (AP Photo/Felipe Dana)
Foto: AP/Felipe Dana

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina diprediksi dapat menjadi 'angin segar' bagi industri narkoba untuk berkembang. Hal ini didasarkan pada pengalaman sebelumnya di mana negara yang berkonflik seringkali menjadi ladang dari produksi barang haram itu.

Dalam sebuah keterangan yang disajikan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), pengalaman sebelumnya dari Timur Tengah dan Asia Tenggara menunjukkan zona konflik dapat bertindak sebagai "magnet" untuk membuat obat-obatan sintetis. Pasalnya, tidak mungkin ada patroli saat perang berlangsung.

"Anda tidak memiliki polisi yang berkeliling dan menghentikan laboratorium" di zona konflik, kata pakar UNODC Angela Me kepada AFP, Senin (27/6/2022).

Laporan itu juga menambahkan bahwa lokasi Ukraina cukup dekat dari pasar obat-obatan terlarang yang cukup besar. Ini kemudian dapat menjadi bibit baru perkembangan industri obat terlarang.

"Efek ini mungkin lebih besar ketika daerah konflik berada di dekat pasar konsumen yang besar," tulis laporan itu dikutip The Straits Times.

Hal ini juga dibuktikan oleh data UNODC yang mengatakan jumlah laboratorium amfetamin yang dibongkar di Ukraina naik dari 17 pada 2019 menjadi 79 pada 2020. Ini merupakan jumlah tertinggi di dunia.

"Kapasitas Ukraina untuk memproduksi obat-obatan sintetis dapat tumbuh seiring perang berlanjut."

Sementara itu, tak hanya di Ukraina, UNODC juga menyampaikan kekhawatirannya terkait Afghanistan, produsen 86% opium ilegal dunia. Badan itu menyebut bantuan internasional mungkin dapat diarahkan kepada pengembangan produksi yang lebih besar.

"Perubahan produksi opium di Afghanistan akan berimplikasi pada pasar opium di hampir semua wilayah di dunia," tambah badan itu.

Diperkirakan 284 juta orang menggunakan narkoba pada tahun 2021. Ini juga berarti pengguna narkoba merupakan satu dari setiap 18 orang di seluruh dunia berusia antara 15 dan 64 tahun.

Angka itu 26% lebih tinggi dari tahun 2010, dengan pertumbuhan penduduk yang hanya sebagian saja yang menyebabkan perubahan. Dari segi produksi, produksi kokain naik ke rekor baru pada tahun 2020 sebesar 1.982 ton.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Berlanjut! Rusia Kirim Rudal ke Ukraina, Listrik Langsung Padam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular