SKK Migas Dorong Industri Hulu Beri Efek Ganda Ekonomi

pgr, CNBC Indonesia
Jumat, 24/06/2022 13:35 WIB
Foto: kotkoa / Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak (SKK Migas) terus mendorong efek ganda dari hadirnya industri hulu minyak dan da gas bumi (migas) di daerah-daerah. Industri hulu migas berikut penunjangnya dituntut untuk terus menjadi lokomotif bagi bagi kemajuan perekonomian nasional.

Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas, Erwin Suryadi mencontohkan, salah satau daerah penghasil migas yang memberikan efek ganda pada perekonomian adalah Balikpapan.

Balikpapan sebagai daerah penghasil migas menjadi insirasi bagaimana sebuah kota dibangun dari aktivitas migas.


"Jika dirunut sejarahnya, Balikpapan berkembang sejak ditemukannya ladang minyak pada abad ke-19," kata Erwin Suryadi, saat mengunjungi Sumur Minyak Mathilda, yang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (20/7).

Erwin Suryadi mengisahkan, Sumur Minyak Mathilda merupakan bekas pengeboran minyak pertama di kota Balikpapan, dan menjadi salah satu sumur minyak tertua di Indonesia. Sumur minyak ini pertama kali dibor oleh perusahaan minyak milik Belanda, pada 10 Februari 1897. Tanggal peristiwa pengeboran Sumur Minyak Mathilda kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan.

Setelah sumur minyak ditemukan, perusahaan minyak kolonial Belanda membangun pemukiman dan berbagai fasilitas untuk menunjang aktivitas pekerjanya di kawasan perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Dubs. Semua dibangun tertata, tanpa mengubah landscape dan kontur tanahnya. Inilah cikal-bakal Kota Balikpapan.

Menurut Erwin, berkembangnya kota Balikpapan sampai seperti saat ini memang tak lepas dari aktivitas migas berikut industri penunjangnya. "Kita bisa lihat tumbuhnya sektor-sektor lain di sini, seperti perhotelan, pariwisata, kuliner, transportasi dan logistik, serta berbagai turunannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa industri hulu migas juga berperan membangun kultur masyarakat Balikpapan," ujarnya.

Koordinator Pelaksana Forum Kapasitas Nasional, Fery Sarjana menambahkan, kemajuan Kota Balikpapan tidak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah yang juga beradaptasi dengan tuntutan jaman. Sektor-sektor penujang tumbuh berkat berkembangnya kapabilitas dan kapasitas warganya. Sebagai contoh, kata Fery, ketika permintaan akan hotel meningkat, maka industri perhotelan tumbuh berikut segala aspeknya, seperti tenaga kerja di bidang perhotelan.

"Pekerjanya kan didominasi warga lokal yang beradaptasi mengembangkan kemampuan dan keterampilan di bidang perhotelan. Potensi seperti inilah yang kita upayakan untuk berkembang di tempat lain," jelas Fery.

Balikpapan sebagai 'kota minyak' juga memberikan andil dalam tumbuh kembangnya operator migas dalam negeri. Salah satunya adalah Medco, yang didirikan Arifin Panigoro tahun 80-an. Berkembangnya Medco Energi sebagai perusahaan operator eksplorasi dan produksi migas tak lepas dari adanya peluang di industri hulu migas Balikpapan.

Kenneth Gunawan, Vice President Supply Chain PT Medco Energi Internasional menjelaskan, Medco awalnya bergerak dalam usaha penyewaan rig, yang bernama Meta Epsi Drilling Company. Dua tahun pertama, Medco mengerjakan proyek dengan nilai kecil. Baru pada 1982, perusahaan ini mendapat kontrak pertama dengan nilai besar untuk ukuran perusahaan lokal saat itu.

"Tahun 1982, Medco mendapatkan kontrak pekerjaan besar dari Badak NGL yang beroperasi di Bontang, Kalimantan Timur. Itu adalah lapangan gas alam cair (LNG) pertama yang dioperasikan di Indonesia. Ini menjadi lompatan besar bagi Medco Energi," katanya.

Dari sini, Medco kemudian banyak mendapatkan kontrak bernilai besar dari operator migas ternama seperti Total, Arco dan Pertamina. "Tahun 1992 Medco berkembang menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi migas. Kami mengakuisisi kontrak eksplorasi dan produksi Tesoro Indonesia Petroleum Company di Kalimantan Timur. Kami mulai beroperasi di Lapangan Semboja, Tarakan, dan Sanga-sanga," papar Kenneth.

Pada tahun 2008, Medco meninggalkan bisnis penyewaan rig, dan fokus sebagai perusahaan E&P (eksplorasi dan produksi) migas. "Harus diakui, Medco sebagai perusahaan dalam negeri banyak mengambil peluang dan manfaat dari Balikpapan sebagai 'kota minyak'. Dari sinilah Medco Energi terus melebarkan sayap sampai memiliki wilayah operasi di banyak negara," katanya.

Erwin Suryadi kembali menegaskan, kunjungan ke tempat peninggalan bersejarah di Balikpapan bisa dijadikan pelajaran dalam upaya meningkatkan dampak berganda industri hulu migas terhadap sektor-sektor penunjang, yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat luas.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Bantah Kabar Kesepakatan Nuklir Iran Senilai $30 Miliar