Ini Ternyata yang Bikin Jokowi Deg-degan Kalau Harga BBM Naik

Redaksi, CNBC Indonesia
22 June 2022 12:09
Mahasiswa dari berbagai Universitas membakar ban dan berorasi di kawasan Patung Kuda menolak UU Cipta Kerja, Jakarta, Selasa, 10/11. Terlihat massa aksi dari berbagai elemen buruh juga ikut menyalakan flare asap saat berunjuk rasa. Tuntutan yang disuarakan dalam aksi hari ini tetap sama dengan aksi-aksi sebelumnya, yakni meminta Presiden Joko Widodo membatalkan UU Cipta Kerja lewat Perppu. Tuntutan ini tak berubah meski Jokowi telah menandatangani UU yang disusun dengan skema omnibus law itu. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Demo Tolak Omnibus Law (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambah anggaran subsidi energi pada tahun ini ternyata memperhitungkan banyak hal. Salah satu yang penting adalah stabilitas sosial politik.

"Enggak mungkin ini tidak kita subsidi, akan ramai kita juga. Hitung-hitungan sosial-politiknya juga kita kalkulasi," ungkap Jokowi dalam Rakernas PDI Perjuangan, dikutip Rabu (22/6/2022).

Dana yang dibutuhkan untuk subsidi mencapai Rp 502 triliun. Dengan demikian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, LPG 3 kg dan listrik dengan daya di bawah 3.000 VA.

Besarnya dana subsidi dikarenakan pemerintah juga harus membayar kompensasi kepada PT Pertamina persero dan PT PLN persero karena sudah menahan harga dalam dua tahun terakhir.

"Sebagai contoh harga bensin saja, harga Pertalite kita masih Rp7.650, Pertamax Rp12.500. Hati-hati ini bukan harga sebenarnya loh, ini adalah harga yang kita subsidi dan subsidi, subsidinya besar sekali," jelasnya.

"Saya berikan perbandingan saja, harga bensin, harga BBM di Indonesia; Pertalite tadi Rp7.650, Pertamax Rp12.500 sampai Rp13.000. Coba kita tengok saja yang dekat saja, Singapura harga bensin sudah Rp31.000, di Jerman harga bensin sudah juga sama Rp31.000, di Thailand sudah Rp20.000, kita masih Rp7.650," papar Jokowi.

Bahkan menurut Jokowi dana sebesar itu setara dengan nilai pembangunan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan. "Ini yang harus kita ingat, subsidi kita ke sini itu bukan besar, besar sekali. Bisa dipakai untuk membangun ibu kota satu," pungkasnya.

Presiden RI Jokowi di Rakernas II PDI Perjuangan Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat - 21 Juni 2022Foto: Presiden RI Jokowi di Rakernas II PDI Perjuangan Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat - 21 Juni 2022

Stabilitas sosial politik sangat dibutuhkan dalam situasi krisis. Seperti Indonesia saat ini yang baru saja beranjak pulih dari krisis ekonomi akibat pandemi covid-19.

Beberapa negara tidak memperhitungkan tersebut. Sehingga dampak yang terjadi adalah gejolak di masyarakat dan berakhir dengan kerusuhan. Dalam situasi tersebut, pemerintah akan kesulitan untuk mengambil kebijakan penting, sekalipun itu penting bagi masyarakat. Contohnya Brasil, Argentina, Meksiko, Venezuela hingga Sri Lanka.

"Jadi ini yang rakyat harus juga diberitahu bahwa ada kondisi global yang sangat berat," tegas Jokowi.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Puji Jokowi Saat Meresmikan Puluhan Proyek Listrik di Sumedang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular