Gak Cuma Rupiah Loyo, Laptop-HP Mahal Juga Gegara China
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin babak belur dan membuat pelaku usaha waspada. Mengutip dari RTI, pada Senin (20/6/2022) pukul 12.05 WIB, nilai dolar AS sempat tercatat bergerak Rp 14.788-Rp 14.904. Pada sesi perdagangan Selasa (21/6/2022), rupiah ditutup melemah ke 14.810, per dolar AS.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Industri Elektronik dan Alat-alat Listrik Rumah Tangga (Gabel) Oki Widjaja memberi sinyal bahwa kenaikan harga barang elektronik bisa disebabkan oleh faktor lainnya. Ternyata China sebagai pemasok suplai bahan baku elektronik juga menyebabkan lonjakan harga saat ini.
"Penyebab kenaikan harga bukan saja karena perubahan nilai tukar USD/IDR, tapi juga beberapa komponen mengalami kelangkaan supply, karena sebagian daerah di RRC (Republik Rakyat China) masih lockdown," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/6/22).
Meski demikian, saat ini harga produk elektronik belum semuanya naik. Jika produk tersebut sudah lebih dulu masuk ke Indonesia sebelum melemahnya rupiah terhadap dollar AS, maka harga barang tersebut berpotensi tidak naik.
"Untuk produk-produk IT seperti laptop, saat ini persediaan yang sudah di impor masuk ke Indonesia harganya tidak naik. Untuk produk-produk elektronika lainnya perubahan harga bervariasi tergantung pada persediaan yang ada sekarang," sebut Oki.
Ketika tidak semua produk elektronik bakal mahal, di sisi lain Rupiah akhirnya mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/6/2022). Dengan demikian, rupiah sukses mengakhiri pelemahan dalam 6 hari beruntun, dengan total sekitar 2%.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat ke Rp 14.810/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,03% saja. Tetapi, setelahnya melesat 0,54% ke Rp 14.750/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.810/US$, sama dengan level saat pembukaan atau menguat 0,13%.
(dce)