Batu Bara RI Laris Pesenan Dari Eropa, Bagaimana Dengan Gas?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 21/06/2022 15:10 WIB
Foto: Terminal LNG Arun. (Doc PGN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa terdapat permintaan batu bara Indonesia dari Jerman seiring dengan aksi boikot sejumlah negara di Eropa terkait kegiatan ekspor impor komoditas asal Rusia.

Lantas dengan adanya aksi boikot tersebut, apakah pasokan Liquefied Natural Gas (LNG) RI juga mendapat pesanan seperti halnya batu bara?

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko membeberkan bahwa saat ini belum ada permintaan LNG ke negara Jerman. Meskipun aksi boikot untuk menyetop impor komoditas energi dari Rusia masih terus berlangsung.


"Setahu saya belum ada," kata dia kepada CNBC Indonesia, (Selasa 21/6/2022).

Indonesia sendiri sebetulnya mempunyai potensi untuk melakukan kegiatan ekspor LNG ke Jerman. Mengingat, sejumlah negara di Eropa termasuk Jerman saat ini tengah terancam mengalami krisis energi akibat menghentikan pembelian komoditas tersebut dari Rusia atas invasi ke Ukraina.

Padahal kebanyakan negara di Eropa menjadikan gas sebagai sumber utama 'nyala-nya' pembangkit listrik. Adapun akibat pasokan gas yang seret, negara-negara ini kembali mengaktifkan lagi energi batu bara untuk pembangkit listrik negaranya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber gas, dalam catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Indonesia sendiri menargetkan bisa memproduksi Liquefied Natural Gas (LNG) sebanyak 200 kargo.

Yang mana sampai pada Kuartal I-2022 kemarin, produksi LNG sudah sebanyak 42 kargo. Adapun Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 21,6 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang 20,4 kargo.

Dari 42 kargo LNG itu, untuk kebutuhan domestik yakni mencapai 27,4 kargo dan ekspor 14,6 kargo.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji sebelumnya mengungkapkan bahwa Indonesia kaya akan sumber gas bumi. Hal tersebut tercermin dari beberapa temuan sumber baru yang lebih banyak didominasi gas dibandingkan minyak bumi.

"Indonesia itu memang diberkahi banyak penemuan gas luar biasa. Agung Gas, Andaman Gas juga, belum Masela, IDD. Andaman 1,2,3 Gas semua itu dugaan kita. Agung 1 dan Agung 2 juga gas," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (20/6/2022).

Melihat hal tersebut, Tutuka menilai bahwa gas menjadi kunci dalam menjembatani transisi energi. Apalagi gas dapat digunakan untuk apa saja. Misalnya, untuk industri hingga sektor kelistrikan.

Adapun jika target 12 BSCFD dapat terpenuhi pada tahun 2030, Tutuka optimistis bahwa Indonesia mempunyai potensi melakukan kegiatan ekspor LNG ke luar negeri yang lebih masif. Apalagi sumber gas RI diestimasikan saat ini masih mampu bertahan untuk 30 tahun ke depan.

"Potensi kita banyak, estimasi kita 30 tahun masih bisa. Setiap negara punya kondisi yang unik dan strategi yang unik dan jangan ikut ikutan. Itu kalau bisa sampai 12 BSCFD itu kita bisa eksport itu, nah yang eksport itu kan jumlahnya tinggi. Itu bisa untuk modal kita," ujarnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional