Internasional

Ngeri Krisis Energi! Belanda Susul Jerman CLBK ke Batu Bara

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 21/06/2022 09:40 WIB
Foto: Suasana di Belanda saat lockdown. (AP/Peter Dejong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara Eropa kembali mengaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara. Ini dilakukan pasca terjadi pemotongan pasokan gas dari Rusia.

Di Jerman, Kementerian Ekonomi negara itu mengatakan bahwa penambahan kapasitas dari yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga batu bara dapat mencapai hingga 10 gigawatt (GW). Ini dapat terjadi jika pasokan gas di negara itu benar-benar kritis.

"Itu menyakitkan, tetapi itu adalah kebutuhan belaka dalam situasi ini untuk mengurangi konsumsi gas," ujar Wakil Kanselir Jerman, Robert Habeck dikutip Reuters, Senin (20/6/2022).


"Tetapi jika kita tidak melakukannya, maka kita menghadapi risiko bahwa fasilitas penyimpanan tidak akan cukup penuh pada akhir tahun menjelang musim dingin. Dan kemudian kita dapat diperas di tingkat politik," tambah figur yang notabenenya anggota partai Hijau yang telah mendorong keluar lebih cepat dari batubara padat karbon.

Meski begitu, Berlin menjamin bahwa target untuk menganulir 100% pembangkit batu bara pada 2030 masih berjalan sesuai rencana.

"Tanggal keluar batubara 2030 sama sekali tidak diragukan. Target ini semakin penting dari sebelumnya," kata juru bicara Kementerian Ekonomi, Stephan Gabriel Haufe.

Selain Jerman, Austria juga telah mengambil langkah serupa. Wina memutuskan untuk mengaktifkan kembali pembangkit batu baranya pasca berkurangnya pasokan gas Moskow.

"Pihak berwenang akan bekerja dengan kelompok Verbund, pemasok listrik utama negara itu, untuk membuat stasiun di kota selatan Mellach kembali berfungsi," kata kantor Kanselir negara itu dikutip AFP, Selasa (21/6/2022).

Di Belanda, pemerintah juga menghidupkan kembali tenaga batu bara. Negeri Kincir Angin juga meminta industri dan pelaku bisnis untuk menghemat penggunaan energinya.

Belanda mengaku pemotongan yang dilakukan Rusia sangatlah mengkhawatirkan meski negara itu hanya mengimpor 15% pasokan gasnya dari Moskow.

"Saya ingin menekankan bahwa saat ini tidak ada kekurangan gas akut. Namun, lebih banyak negara sekarang diperas (oleh Rusia). Itu mengkhawatirkan kami," Menteri iklim dan energi Belanda Rob Jetten mengatakan kepada wartawan di Den Haag.

Pemotongan gas ini sendiri diumumkan langsung oleh perusahaan energi pelat merah Rusia, Gazprom. Moskow beralasan bahwa gangguan ini disebabkan gangguan pada pipa Nord Stream I yang biasa mengaliri gas ke wilayah Eropa dan mulai berdampak pada pasokan di seluruh negara Benua Biru..

Namun penjelasan ini tak bisa diterima oleh Eropa. Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi menyebut hal itu merupakan kebohongan. Pasalnya, hubungan antara Moskow dan Eropa memang sedang memanas soal Ukraina, dimana negara di benua itu juga ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

"Kami diberitahu, bersifat teknis. Kami dan Jerman dan lainnya percaya bahwa ini adalah kebohongan," ujarnya setelah berkunjung ke Ukraina.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional