Macron Kalah Suara di Parlemen, Pemerintah Prancis Rapuh?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prancis Emmanuel Macron kehilangan suara mayoritas dalam pemilihan parlemen negara itu. Ini dikhawatirkan akan mengganggu kinerja presiden yang baru terpilih untuk periode keduanya itu.
Dalam pemungutan suara parlemen yang dilakukan Minggu, (19/6/2022), koalisi Macron atau yang dikenal sebagai Koalisi Bersama hanya mampu mengamankan 245 kursi. Padahal, untuk menjadi mayoritas di parlemen dengan 577 anggota itu, dibutuhkan 289 kursi.
"Situasi ini merupakan risiko bagi negara kita, mengingat tantangan yang harus kita hadapi," kata Perdana Menteri (PM) Prancis Elisabeth Borne dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi seperti dilaporkan Channel News Asia.
Hasil ini pun dirasa sangat menodai kemenangan Macron atas pesaingnya, Marine Le Pen, pada pemilu April lalu. Atas hal ini, Macron kemungkinan besar harus membuat kesepakatan berdasarkan RUU secara bill-by-bill atau satu-satu tergantung pada konsepnya nanti.
Sejauh ini, dalam laporan Reuters, Macron disebutkan masih berusaha untuk melobi partai Les Republicains (LR), yang merupakan kendaraan mantan presiden Nicolas Sarkozy dan Jacques Chirac, untuk bergabung dalam koalisinya
LR sendiri disebut belum menyetujui untuk bergabung kepada Macron. Namun partai itu sepakat dengan sistem bill-by-bill yang diajukan pemerintahan Macron.
"Jika beberapa RUU berjalan ke arah yang benar, jelas LR akan memilih mereka, tetapi tidak akan ada pakta apa pun dengan Emmanuel Macron," kata Cecile Richez, wakil kepala LR.
Sementara itu, analis politik menyatakan ini akan menodai citra Macron sebagai pemimpin yang tak terkalahkan di negara itu. Ini bahkan mampu mengancam posisinya sebagai presiden.
"Ini adalah titik balik untuk citranya yang tak terkalahkan," kata Bruno Cautres, seorang peneliti di Pusat Penelitian Politik di Science Po.
(luc/luc)