
RI Punya Sumber Migas Jumbo, Segini Perkiraan Potensinya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan bahwa kompetisi dalam menggaet perusahaan migas raksasa internasional semakin ketat. Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai temuan sumber-sumber baru migas di berbagai negara.
"Banyak sumber-sumber baru migas yang memang sangat besar. Contoh Qatar ada 600 triliun kaki kubik (TCF) sebagai perbandingannya Indonesia hanya punya 43 TCF yang belum diapa-apakan," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (20/6/2022).
Selain itu, di Mozambik terdapat juga potensi baru sebesar 130 TCF, angka itu setidaknya lebih besar 3 kali lipat dibandingkan potensi gas yang dimiliki RI. Arifin menyadari bahwa negara-negara tersebut menawarkan iklim investasi yang lebih kompetitif untuk dapat menggenjot eksplorasi.
"Sehingga bisa mendapatkan hasil produksi yang lebih cepat ini jadi pertanyaan kita bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi sumber daya kita sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," kata dia.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya menyampaikan bahwa investasi hulu migas sejak periode 2017 hingga 2021 relatif stagnan. Pasalnya, realisasi investasi hanya berkisar di level US$ 10-an miliar.
Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno berharap supaya target investasi pada tahun ini dapat tercapai. Adapun target investasi untuk sektor hulu migas 2022 ditetapkan sebesar US$ 13,2 miliar, naik 23,4% dari realisasi investasi migas 2021 yang mencapai US$ 10,7 miliar.
"Investasi kami sampaikan data 2017-2021 masih cenderung stagnan rata rata US$ 10 an miliar. Tahun ini kita canangkan US$ 13,2 miliar harapannya memang terjadi lonjakan," kata dia dalam diskusi secara virtual, Rabu (13/4/2022).
Julius mengakui bahwa dalam dua tahun terakhir ini target investasi hulu migas memang agak cukup berat untuk direalisasikan. Hal tersebut terjadi lantaran adanya pandemi covid-19 ditambah dengan arah kebijakan perusahaan migas dunia yang mulai mengurangi investasinya.
"KKKS ExxonMobil, Shell, ENI dan bahkan juga Pertamina beberapa waktu lalu untuk memangkas capex dan opex nah ini impaknya membuat efek domino," katanya.
Selain itu, tantangan lain dalam industri hulu migas yakni adanya target net zero emissions di sektor energi pada tahun 2050, kemudian daya tarik fiskal yang sedikit menurun. Namun demikian kebutuhan minyak bumi dunia diprediksi akan terus tumbuh.
Adapun berdasarkan data SKK Migas, realisasi investasi hulu migas pada 2017 hanya mencapai US$ 10,3 miliar, 2018 tercatat hanya US$ 10,9 miliar, 2019 tercatat US$ 11,7 miliar, 2020 tercatat US$ 10,5 miliar, 2021 sebesar US$ 10,09 miliar.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Punya 'Harta Karun' Migas Belum Tersentuh di 70 Cekungan