
2022 Skip Aja, Pasar Minyak Lebih Bergairah 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan minyak dunia diperkirakan akan bertumbuh 2,2 juta barel per hari (bph) menjadi 101,6 juta bph pada 2023, menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA). Meskipun tingginya harga minyak dan prospek ekonomi yang lebih lemah menekan permintaan dari minyak mentah.
China adalah juru selamat karena menjadi pendorong utama permintaan minyak dunia tahun depan dengan percepatan dari 1,8 juta bph pada 2022 menjadi 2,2 juta bph pada 2023. Permintaan minyak dari China selaras dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2023 yang naik 5,2%, menurut Bank Dunia.
Proyeksi permintaan China pada 2023 lebih optimis dibanding 2022, di mana lockdown menghambat permintaan konsumen minyak mentah terbesar dunia tersebut. IEA bahkan memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak dari China berada di zona negatif pada kuartal II-2022.
![]() |
Menurut data BP Statistical Review, konsumsi minyak mentah dunia terbesar kedua di dunia dengan kontribusi 16,1% dari total konsumsi dunia. Meski konsumen kedua, namun China masih bergantung pada impor minyak. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menjadi konsumen terbesar sekaligus produsen terbesar.
Ditambah dengan permintaan dari negara-negara non-OECD yang turut menyumbang hampir 80% pertumbuhan permintaan minyak mentah tahun depan. Didorong oleh pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang diperkirakan juga meningkat. Seperti ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh 5,3% pada 2023.
Sementara pasokan minyak global masih berjuang untuk mengimbangi permintaan tahun depan. Konflik Rusia dan Ukraina masih jadi pemberat pasokan.
![]() |
Negara-negara Uni Eropa telah setuju untuk melarang 90% dari impor yang berasal dari Rusia yang akan dihapus secara bertahap selama enam hingga delapan bulan ke depan. Hal ini membuat minyak Rusia susut dari pasokan dunia.
Rusia sendiri merupakan salah satu produsen minyak dunia besar di dunia. Kontribusinya berkisar 12% dibanding produksi minyak dunia.
IEA berpendapat untuk menjaga keseimbangan agar tidak mengarah ke defisit, OPEC+ harus lebih jauh memanfaatkan kapasitasnya. Output dari kelompok produsen OPEC+ akan meningkat sebesar 2,6 juta bph tahun ini karena mengurangi pemotongannya, kata IEA dalam laporannya.
Di sisi lain, produsen non-OPEC+, yang dipimpin oleh AS, akan menambah pasokan 1,8 juta bph tahun 2023.
Sehingga laju supply diperkirakan masih mampu mengikuti demand minyak mentah pada 2023, setidaknya hingga kuartal kedua. Terutama ketika musim pemeliharaan kilang berakhir di AS, Eropa, dan Asia. Produksi diperkirakan akan mencapai 3,5 juta bph pada Mei-Agustus, lebih tinggi dibanding periode yang lalu tahun 2021 sebesar 2,3 juta bph.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Iran & Venezuela Bisa Jadi Juru Selamat Energi Dunia, Tapi...