Internasional

Harga Rumah China Ambruk, Ada Apa Mr Xi?

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 June 2022 20:17
A store employee in a protectively suit waits for customers outside a re-opened retail street in Wuhan in central China's Hubei province on Monday, March 30, 2020. Shopkeepers in the city at the center of China's virus outbreak were reopening Monday but customers were scarce after authorities lifted more of the anti-virus controls that kept tens of millions of people at home for two months. (AP Photo/Olivia Zhang) Foto: Wuhan (AP Photo/Olivia Zhang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga properti di China kembali turun untuk kedua kalinya berturut di bulan Mei 2022. Hal ini terjadi saat permintaan akan perumahan di negara itu menurun akibat pandemi Covid-19.

Mengutip CNBC International, Biro Statistik Nasional China (NBS) pada Kamis, (16/6/2022) merilis data yang menunjukkan harga rumah baru rata-rata di 70 kota besar di Bulan Mei lalu turun 0,1% pada basis bulanan. Ini melanjutkan penurunan 0,2% pada bulan April.

Hal ini pun mendorong penurunan harga saham perusahaan properti di Negeri Tirai Bambu itu. Pada Kamis, CSI300 Real Estate Index turun sekitar 1,4% setelah dibuka sekitar 2% lebih tinggi.

Sektor properti China disebutkan memang melemah dalam beberapa bulan terakhir. Ini didorong oleh penguncian Covid-19 di beberapa kota utama yang membuat permintaan properti menurun.

Shanghai misalnya mengalami penguncian selama dua bulan hingga akhir Mei. Sementara Beijing, yang merupakan ibukota negara itu, menutup hiburan dan tempat-tempat lain di beberapa distrik untuk menahan wabah.

Kota Wuhan, tempat virus corona baru pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, pada Mei lalu juga melonggarkan pembatasan pembelian rumah sehingga keluarga dengan lebih dari satu anak membeli hingga tiga properti.

"Pada Januari hingga Mei, penjualan properti berdasarkan luas lantai merosot 16,8% dari tahun sebelumnya di ibukota China," tulis rilis NBS itu.

Otoritas China sendiri bulan lalu telah memangkas suku bunga acuan mereka untuk hipotek. Meski begitu, analis mengatakan bahwa pemerintah perlu menambah stimulus untuk merangsang pembelian properti.

"Lebih banyak kebijakan stimulus diperlukan untuk menstabilkan pasar properti, terutama penurunan lebih lanjut dalam tingkat hipotek untuk pembeli," kata Zhang Dawei, seorang analis dari konsultan properti Centaline.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ribuan Restoran Tiarap Gegara Covid-19, Begini Nasibnya Kini


(dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading