Internasional

The Fed Biang Kerok, Obligasi di China 'Dibuang' Investor

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 June 2022 17:50
Workers dismantle barriers at a residential area, as the city prepares to end the lockdown placed to curb the coronavirus disease (COVID-19) outbreak in Shanghai, China May 31, 2022. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mulai memangkas kepemilikan obligasi dalam mata uang Yuan, China. Hal ini terjadi saat imbal hasil yang diberikan negara itu lebih rendah dari yang ditawarkan Amerika Serikat (AS).

Dalam data China Central Depository & Clearing Co dan Shanghai Clearing House, kepemilikan asing dalam obligasi dengan mata uang Yuan di pasar China pada Mei lalu mencapai 3,66 triliun yuan. Ini turun 2,9% dari bulan sebelumnya, yang merupakan penurunan terbesar sejak Januari 2017.

"Itu juga turun 0,5% dari akhir Mei 2021, penurunan tahun-ke-tahun pertama sejak 2016," menurut data dari People's Bank of China (PBOC) yang dikutip Channel News Asia, Kamis (16/6/2022).

Investor asing yang memegang obligasi pemerintah China nilainya mencapai 2,38 triliun yuan hingga akhir Mei, turun 0,6% dari bulan sebelumnya. Kepemilikan obligasi oleh bank-bank investasi menyusut lebih cepat, turun 7,7% dari bulan sebelumnya dan 11,7%, menjadi 889,9 miliar yuan.

Ekonom senior Asia Pasifik di Natixis di Hong Kong Gary Ng mengatakan bahwa arus keluarnya investor dari kepemilikan Yuan akan terus terjadi jika kebijakan moneter Beijing tidak mampu menyaingi tawaran AS.

Pada perdagangan Kamis, obligasi pemerintah China bertenor 10 tahun menawarkan imbal hasil (yield) lebih rendah 51 basis poin dari yang ditawarkan AS.

Seperti diketahui, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (15/6/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga hingga 75 basis poin. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 1994 dan dilakukan untuk mengurangi inflasi yang tinggi di negara itu.

"Dengan kebijakan moneter yang tidak sinkron antara AS dan China, investor asing terus melepas obligasi China karena perbedaan hasil yang lebih luas dan yuan yang lebih lemah," ujarnya.

"Pergantian gelombang moneter global dapat terus mendorong arus keluar modal dalam obligasi China."


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Rilis Obligasi Spesial Antisipasi Krisis, RI Bisa Tiru?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular