
Duh! AS-China Ribut Lagi Gegara Status "Air" Negara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa, (14/6/2022) menyatakan bahwa Selat Taiwan adalah jalur air internasional. Hal ini berseberangan dengan klaim China yang menegaskan selat itu adalah bagian dari kedaulatannya.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS Ned Price mengatakan bahwa dengan status selat itu yang merupakan perairan internasional, maka seluruh aktivitas lintasan laut dan udara di area Selat Taiwan dijamin oleh hukum internasional.
"Dunia memiliki kepentingan abadi dalam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan kami menganggap ini sebagai pusat keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas," tulisnya dalam sebuah email kepada Reuters.
Ia menambahkan bahwa dengan status ini juga, pihaknya akan tetap menurunkan armadanya melalui wilayah perairan itu.
"AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan, dan itu termasuk transit melalui Selat Taiwan."
Sebelumnya, klaim ini telah didorong oleh Taiwan. Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menyatakan bahwa dengan klaim China atas wilayahnya, bukan berarti Selat Taiwan itu milik Beijing.
"Ambisi China untuk menelan Taiwan tidak pernah berhenti atau disembunyikan; Selat Taiwan adalah wilayah maritim untuk navigasi internasional yang bebas," katanya kepada wartawan.
Sementara itu, di sisi lain, China menyatakan bahwa pandangan ini telah merusak hubungannya dengan Taipei. Negara itu mengklaim pandangan Taiwan ini didorong oleh pihak-pihak eksternal.
"Ini merugikan kepentingan rekan senegaranya di kedua sisi Selat Taiwan dan mengkhianati kepentingan bangsa China - itu tercela," ujar Juru Bicara Kantor Urusan Taiwan China Ma Xiaoguang.
Hingga saat ini, China terus menegaskan klaimnya bahwa Taiwan merupakan bagian integral dari kedaulatannya. Beijing juga sejauh ini menjauhkan pulau itu dari keterlibatan dan kerjasama internasional.
Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu beberapa kali mengirim jet tempurnya memasuki zona pertahanan udara Taiwan atau ADIZ. Jumlahnya bahkan bisa mencapai ratusan dalam waktu setahun.
Di sisi lain, AS menempatkan posisinya untuk membela Taiwan. Bahkan, menanggapi masuknya jet tempur Beijing, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sempat menuduh China "meningkatkan retorika dan aktivitas yang provokatif."
Tak hanya itu, Presiden AS Joe Biden juga menyuarakan baru-baru ini bahwa pihaknya mungkin akan melakukan penerjunan militer di Taiwan bila serangan dari China benar-benar terjadi layaknya Rusia menyerang Ukraina.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Biden Bikin Xi Jinping 'Ngamuk', Ini Penyebabnya