Internasional

Takut Ekonomi Ambruk, Pakistan Minta Warga Kurangi Minum Teh

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 June 2022 14:10
Ilsutrasi Teh Hijau. (Dok: Istimewa)
Foto: Ilsutrasi Teh Hijau. (Dok: Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga di Pakistan telah diminta untuk mengurangi jumlah teh yang mereka minum demi menjaga perekonomian negara tetap bertahan. Ini akibat rendahnya cadangan mata uang asing negara.

Menteri senior Ahsan Iqbal mengatakan menyeruput lebih sedikit cangkir sehari akan memotong tagihan impor Pakistan yang tinggi.

"Saya mengimbau kepada bangsa untuk mengurangi konsumsi teh satu hingga dua cangkir karena kami mengimpor teh dengan pinjaman," kata Iqbal, menurut media Pakistan, dikutip dari BBC International, Rabu (15/6/2022).

Iqbal juga menyarankan para pedagang juga bisa menutup kios pasarnya pada pukul 20.30 waktu setempat untuk menghemat listrik.

Permohonan itu datang karena cadangan mata uang asing Pakistan terus turun dengan cepat dan memberikan tekanan pada pemerintah untuk memotong biaya impor yang tinggi dan menyimpan dana di negara itu.

Sebagaimana diketahui, cadangan mata uang asing negara yang rendah saat ini hanya cukup untuk kurang dari dua bulan dari semua impor dan telah membuat negara sangat membutuhkan dana.

Pakistan sendiri merupakan importir teh terbesar di dunia, membeli lebih dari US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,8 triliun tahun lalu.

Permintaan untuk mengurangi minum teh menjadi viral di media sosial. Banyak yang meragukan masalah keuangan negara yang serius dapat diatasi dengan menghentikan minuman berkafein tersebut.

Cadangan devisa Pakistan turun dari sekitar US$ 16 miliar pada Februari menjadi kurang dari $10 miliar pada minggu pertama bulan Juni, hampir tidak cukup untuk menutupi biaya dua bulan dari semua impornya.

Bulan lalu pejabat di Karachi membatasi impor lusinan barang mewah yang tidak penting sebagai bagian dari upaya untuk melindungi dana tersebut.

Krisis ekonomi merupakan ujian besar bagi pemerintah Shehbaz Sharif, yang menggantikan Imran Khan sebagai perdana menteri Pakistan dalam pemungutan suara parlemen pada April kemarin. Tak lama setelah dilantik, Sharif menuduh pemerintah Imran Khan salah mengelola ekonomi dan mengatakan mengembalikannya ke jalurnya akan menjadi tantangan besar.

Pekan lalu kabinetnya meluncurkan anggaran baru senilai US$47 miliar yang bertujuan untuk meyakinkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulai kembali program bailout senilai US$ 6 miliar yang sempat terhenti.

Kesepakatan IMF dinegosiasikan pada 2019 untuk meredakan krisis ekonomi yang diciptakan oleh rendahnya pasokan cadangan mata uang asing dan pertumbuhan stagnan selama bertahun-tahun, tetapi ini kemudian dihentikan setelah pemberi pinjaman mempertanyakan keuangan Pakistan.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow, Negara Muslim Ini Sukses Luncurkan Rudal Balistik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular