Hiks! 'Helikopter Uang' Jokowi Say Goodbye Tahun Depan

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Jumat, 10/06/2022 16:35 WIB
Foto: Infografis/Jangan khawatir, Ini Deretan bansos yang tetap cair di 2022/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menjelaskan, dana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN) alias 'uang helikopter' Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan distop tahun depan.

Kendati demikian, pemerintah akan fokus untuk menangkal krisis global agar tidak memberikan dampak ke Indonesia. Cara yang akan ditempuh pemerintah adalah membentuk kelompok Global Crisis Response Group (GCRG).


"Terkait KCP-PEN rencananya (tahun depan) belum akan diperpanjang lagi. Sehingga selesai tahun ini. GCRG selesai April tahun depan, kemungkinan akan diperpanjang lagi. Fokusnya penanganan global tiga sektor yaitu food, energy, dan finance)," jelas Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono, Jumat (10/6/2022).

GCRG adalah komitmen beberapa negara untuk menangkal dampak krisis, dari tiga dimensi baik pada bidang pangan, energi, dan keuangan. GCRG yang dipimpin oleh Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

Susiwijono menjelaskan, ketiga sektor tersebut memiliki peran bagi perekonomian dunia. Misalnya, bahan bakar dan pupuk mengalami kenaikan harga yang tinggi kemudian meningkatkan biaya produksi petani. Selanjutnya hal ini yang dapat mengakibatkan harga pangan yang lebih tinggi dan hasil pertanian yang lebih rendah.

"Hal ini dapat menekan keuangan rumah tangga, meningkatkan kemiskinan, mengikis standar hidup, dan ketidakstabilan sosial," katanya," jelasnya.

Foto: Kemenkeu. (Tangkapan layar)
Kemenkeu. (Tangkapan layar)

Selain Presiden Jokowi, Sekjen PBB juga mempercayai lima pemimpin dunia lainnya sebagai anggota Champion Group yaitu, Presiden Senegal, Kanselir Jerman, Perdana Menteri Barbados, Perdana Menteri Denmark, dan Perdana Menteri Bangladesh.

GCRG memiliki peran membantu negara-negara rentan menghindari krisis skala besar melalui koordinasi dan kemitraan, tindakan mendesak, analisis dan akses data, serta rekomendasi kebijakan.

Menurut laporan Global Crisis Respons Group (GCRG) pada 2022, antara 179 dan 181 juta orang diperkirakan akan menghadapi krisis pangan atau kondisi yang lebih buruk di 41 dari 53 negara. Sebanyak 19 juta lebih banyak orang diperkirakan akan menghadapi penyakit kronis gizi.

Secara global pada tahun 2023, jika pengurangan dalam ekspor makanan dari Rusia dan Ukraina mengakibatkan ketersediaan pangan yang lebih rendah di seluruh dunia. Rekam harga pangan yang tinggi, tukarkan devaluasi tingkat dan tekanan inflasi adalah faktor faktor kunci.

Sementara indeks harga pangan FAO mencapai rekor tertinggi pada Februari 2022 sebelum perang dimulai, sejak itu telah memiliki beberapa kenaikan satu bulan terbesar dalam sejarahnya, dengan rekor tertinggi pada Maret 2022.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tok! MK Putuskan Pemilu Nasional & Pilkada Dilakukan Terpisah