Jangan Kaget! RI Butuh Rp 7.250 T Kejar Energi Bersih di 2060
Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mencatat, untuk mencapai target netral karbon atau net zero emission di tahun 2060 membutuhkan biaya sekitar US$ 500 miliar atau mencapai Rp 7.250 triliun (dalam kurs Rupiah Rp 14,500). Dana tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan renewable energy atau energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil.
Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi mengatakan, dari hitung-hitungan perusahaan, harga pembangkit dari EBT akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Akan tetapi dalam jangka panjang masih akan membutuhkan ongkos produksi sekitar US$ 3,3 cent per Killo watt Hour (KwH) sampai dengan tahun 2060.
"Ini membutuhkan dukungan fiskal subsidi, kompensasi dan ada kebutuhan biaya terkait dengan green financing yang mencapai US$ 500 miliar sampai 2060," ungkap Evy dalam diskusi virtual pada, Kamis (9/6/2022).
Sejatinya, untuk mengejar target net zero emission itu, PLN memiliki tugas berat dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Pasalnya, selain biaya yang cukup besar untuk mengembangkan sektor ini, perusahaan setrum pelat merah juga masih dibayangi atas kelebihan pasokan listrik atau over suplai dari pembangkit listrik yang operasi saat ini.
Evy mengatakan, bahwa kondisi yang terjadi di PLN saat ini cukup berbeda dengan negara-negara lain. Terutama mengenai serapan listrik di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini konsumsinya anjlok.
Sementara, pemerintah Indonesia memiliki target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 mendatang dan target untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai upaya agar beberapa target tersebut dapat tercapai. Misalnya seperti pensiun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Pensiun PLTU Batu Bara untuk memberi ruang, karena kita ketahui kita over suplai, kita perlu beri ruang untuk masuknya renewable kalau tidak ingin menambah over suplai semakin memburuk," ujar dia dalam diskusi secara virtual, Kamis (9/6/2022).
Di samping itu, hal yang tak kalah penting adalah strategi perusahaan untuk creating demand, agar pasokan listrik yang saat ini berlebih dapat terserap secara optimal. Termasuk memitigasi adanya penetrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap yang tidak menggerus beban kelistrikan PLN.
Perusahaan saat ini juga mendorong pemanfaatan energi terbarukan melalui fasilitas Renewable Energy Certificate (REC) atau Sertifikat Energi Terbarukan. Ini dilakukan sebagai dukungan PLN agar industri-industri di dalam negeri mempunyai label green dari hasil produksinya.
(pgr/pgr)