SPBU Pertashop Mati Suri Karena Cuma Jual Satu Jenis BBM?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 09/06/2022 13:15 WIB
Foto: Salah satu pertashop di Sibolga, Sumatera Utara (Dok: Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mini yang menjadi mitra PT Pertamina (Persero) yakni SPBU Pertashop dikabarkan tengah ditinggalkan konsumennya. Bisnis SPBU Pertashop yang hanya boleh menjual satu jenis BBM yakni Pertamax Cs itu dinilai kurang tepat.

Apalagi saat ini jurang harga BBM Pertamax Cs dan Pertalite terlampau jauh. Alhasil menjadikan konsumen ramai-ramai beralih pindah ke BBM Pertalite yang lebih murah atau saat ini hanya Rp 7.650 per liter.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah MadaFahmyRadhi menilai bahwa konsep penjualanBBM diPertashop yang hanya menjual satu jenisBBM yakniPertamax Cs kurang tepat.


Jadi yang lebih tepat harus menjual Pertalite dan SolarFahmy Radhi

Apalagi bahan bakar yang dijual merupakan BBM non subsidi yang diperuntukkan untuk kalangan menengah ke atas. Oleh karena itu, ia menyarankan agar penjualan BBM di SPBU mini tersebut dapat lebih bervariasi.

"Saya kira harus disesuaikan konsumennya di daerah yang tidak terjangkau SPBU. Itu kan lebih banyak sepeda motor dan angkutan umum. Jadi yang lebih tepat harus menjual Pertalite dan Solar," kata Fahmi kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/6/2022).

Menurut Fahmi, dengan adanya disparitas harga BBM Pertamax dan Pertalite yang cukup jauh, sudah pasti para pengguna Pertamax sebelumnya akan berpindah menggunakan Pertalite. Sehingga hal ini berpengaruh besar pada pelaku usaha Pertashop.

Anggota DPR RI Komisi VII Hendrik Halomoan Sitompul sebelumnya mengatakan bahwa kenaikan BBM jenis Pertamax cukup berpengaruh terhadap bisnis usaha Pertashop. Hal ini terjadi lantaran kebanyakan konsumen mulai beralih menggunakan Pertalite yang harganya masih jauh lebih murah. Sementara Pertashop sendiri hanya menjual produk BBM Pertamax.

Bahkan berdasarkan laporan yang ia terima, asosiasi paguyuban Pertashop berencana menggelar demo ke Kementerian BUMN untuk meminta pertanggung jawaban. Pasalnya, bisnis mereka menjadi mati suri dengan adanya perbedaaan harga yang cukup jauh.

"Karena perbedaan harga Pertalite dengan Pertamax akhirnya mati suri jadi mereka mau ke Kementerian BUMN mau minta pertanggungjawaban ke BUMN. Ini gimana statusnya Pertashop ketika situasi seperti ini mereka ditinggalkan," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Ditjen Migas Kementerian ESDM, Rabu (8/6/2022).

Oleh sebab itu, ia pun meminta agar pemerintah dapat segera merespon permasalahan tersebut. Mengingat, sepinya konsumen Pertashop telah menyebabkan kredit pelaku usaha kepada Bank turut macet dan berpotensi asetnya disita.

"Itu dulu program BRI kalau gak salah waktu bangun itu karena mati suri itu gak mampu bayar. Mereka pinjam uang ke BANK untuk bangun itu. Mohon perhatian lah kalau bapak ketemu Kementerian BUMN tolong sampaikan. Ini sangat serius terkait Pertashop. Saya juga gak tahu ketika ditanya kapan Pertalite nya naik," ujarnya.

Menanggapi ini, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyatakan, bahwa hal itu sedang menjadi konsentrasi perusahaan untuk menciptakan ekositem yang mendukung kehadiran Pertashop.

Karena sejatinya. "Pertashop hadir sebagai outlet BBM Non Subsidi, sementara harga BBM Non Subsidi memang sangat dipengaruhi faktor eksternal termasuk harga minyak dunia dan kurs," ungkap dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/6/2022).

Belum diketahui, apakah kemungkinan SPBU Pertashop ke depan bisa menjual BBM Pertalite. Atas hal ini Irto hanya bilang bahwa pemerintah saat ini dalam proses revisi Perpres 191/2014 khususnya dalam penentuan kriteria penerima BBM Subsidi.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina NRE Akuisisi 20% Saham Perusahaan EBT Filipina