Tak Cuma Pertalite, Mobil Mewah Dilarang Beli Solar Subsidi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyampaikan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui aplikasi digital tidak hanya akan diterapkan pada BBM jenis Pertalite saja. Namun demikian, BBM berupa Solar subsidi ke depan juga direncanakan menggunakan aplikasi.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Migas Erika Retnowati mengatakan setiap transaksi pembelian BBM jenis Pertalite maupun Solar subsidi rencananya akan menggunakan aplikasi. Terutama untuk pengguna Solar agar lebih tepat sasaran.
Menurut dia, masyarakat yang berhak membeli Pertalite maupun Solar ke depannya harus registrasi terlebih dahulu pada sistem aplikasi yang sudah disiapkan. Salah satunya seperti aplikasi milik PT Pertamina (Persero) yakni MyPertamina.
"Solar juga harus registrasi. Konsumen solar hanya boleh beli jika sudah didaftarkan, diharapkan bisa mengurangi dan mencegah pihak-pihak yang menyalahgunakan BBM subsidi," katanya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (6/6/2022).
Uji coba pembelian Pertalite menggunakan aplikasi rencananya akan dimulai pada Agustus mendatang. Pasalnya, BPH Migas juga masih menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) beserta petunjuk teknis pembelian BBM jenis Pertalite rampung terlebih dulu.
"Kami harapkan sekitar Agustus-September bisa kita launching, bisa kita lakukan uji coba ini kan masih proses penerbitan regulasi, setelah ditetapkan kita akan lakukan sosialisasi terlebih dahulu. Sehingga itu diharapkan bisa di Agustus dan September," ujarnya.
Menurut Erika, pihaknya berencana melarang mobil mewah untuk mengkonsumsi BBM Pertalite. Adapun kriteria yang masuk dalam kategori mobil mewah nantinya akan merujuk dari besarnya Cubicle Centimeter (CC) yang dimiliki mobil tersebut. Namun demikian ia belum merinci secara detail besaran CC yang dimaksud.
"Akan ditetapkan pada cc nya. Kenapa? kami melihat konsumsinya karena CC-nya besar maka akan mengkonsumsi BBM yang banyak dan mereka itu dirancang untuk tidak konsumsi Pertalite dengan spesifikasi mesin dan bahkan lama-lama akan merusak mesin juga," ujarnya.
Sementara, guna mensukseskan hal tersebut, BPH Migas akan menggandeng pihak Universitas Gadjah Mada (UGM). Khususnya yang akan melakukan kajian-kajian terkait kriteria besarnya CC suatu mobil.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! BPH Migas Tetapkan Kuota Pertalite 32,56 Juta KL di 2023
