Internasional

RI Korban Baru Perang Rusia-Ukraina, Ini Dampak Paling Terasa

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 June 2022 14:00
Stanislav says goodbye to his two-year-old son David and wife Anna after they boarded a train that will take them to Lviv, from the station in Kyiv, Ukraine, Thursday, March 3. 2022. Stanislav stayed to fight as his family sought refuge in a neighboring country. (AP Photo/Emilio Morenatti)
Foto: AP/Emilio Morenatti

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah memberikan dampak langsung ke berbagai negara di dunia, salah satunya Indonesia.

Meski kedua negara bekas pecahan Uni Soviet tersebut berjarak lebih dari 9.500 km dari Indonesia, kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat seperti makanan, minyak mentah, pupuk, hingga hilangnya potensi ekspor tetap menghantam RI.

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri I Gede Ngurah Swajaya bahkan mengingatkan perang Rusia-Ukraina bisa membuat masyarakat Indonesia, terutama petani, terancam.

"Ada satu hal yang sangat mengancam rakyat Indonesia, khususnya terkait ketahanan pangan, yakni sebagian besar suplai untuk produksi pupuk Indonesia berasal dari Belarusia dan Rusia," tutur I Gede Ngurah dalam diskusi secara virtual, dikutip Sabtu (4/6/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pupuk adalah tiga komoditas utama yang diimpor Indonesia dari Rusia selain besi dan baja serta bahan bakar mineral. Pada 2021, Indonesia mengimpor pupuk senilai US$ 326,1 juta dari Rusia sementara pada Januari-Februari tahun ini sebesar US$ 95,6 juta.

Menurut dia impor pupuk dari Rusia memang masih bisa dilakukan di tengah konflik. Pupuk juga tidak masuk dalam komoditas yang dikenai sanksi. Namun, perang membuat sebagian jalur diblokade sehingga jalur logistik terganggu.

Persoalan lain adalah terkait pembayaran. Negara Barat sudah mengeluarkan dari sistem keuangan dunia Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) sebagai bagian dari sanksi ekonomi ke Negeri Beruang Merah. Sanksi tersebut tentu saja menyulitkan negara lain jika bertransaksi dengan Rusia.

"Secara logistik kemampuan Indonesia untuk mendatangkan pupuk ataupun pangan dari wilayah konflik juga menjadi hambatan yang luar biasa," imbuhnya.

Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan juga akan membuat sejumlah komoditas pangan melonjak. BPS juga sudah mengingatkan perang sudah membuat harga pangan impor merangkak naik mulai dari kedelai, tepung terigu, hingga gandum.

Longform, Perangnya di Ukraina, Korbannya SeduniaFoto: Longform/ Perangnya di Ukraina, Korbannya Sedunia/ Edward Ricardo
Longform, Perangnya di Ukraina, Korbannya Sedunia

Tak Hanya Pupuk dan Pangan, Minyak Juga Naik

Tidak hanya di sektor pangan, komoditas energi juga bisa bergerak liar jika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Harga minyak mentah menjadi yang paling banyak disorot saat ini.

Perang Rusia-Ukraina membawa harga minyak Brent kembali ke level US$ 100 per barel. Harga minyak Brent juga melonjak 60% lebih dalam setahun terakhir. Hal ini pun kemudian berimbas pada harga minyak mentah RI.

Kementerian ESDM menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Mei 2022 sebesar US$ 109,61 per barel. Adapun ICP mengalami kenaikan US$ 7,10 per barel dari US$ 102,51 per barel pada bulan April 2022.

"Harga rata-rata Minyak Mentah Indonesia untuk bulan Mei 2022 ditetapkan sebesar US$ 109,61 per barel," demikian bunyi diktum keempat Keputusan Menteri ESDM Nomor 54.K/MG.03/DJM/2022 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Mei 2022 tanggal 2 Juni 2022.

Tim Harga Minyak Mentah Indonesia menyampaikan bahwa peningkatan harga minyak mentah di pasar internasional dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain seperti kesepakatan Uni Eropa atas paket sanksi ke-6 terhadap Rusia yaitu embargo minyak mentah.

Sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar yang mengakibatkan semakin terganggunya pasokan minyak mentah global di saat terbatasnya pasokan di tengah peningkatan permintaan BBM dan bahan bakar jet menjelang puncak summer driving season di AS dan Eropa.

"Selain itu, keterbatasan pasokan minyak mentah global dikarenakan produksi OPEC+ lebih rendah 1,5 juta bopd dibandingkan kuota produksi," ujar Tim Harga Minyak, Jumat (3/6/2022).


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serangan Balik Ukraina Menggila, Incar 'Urat Nadi' Putin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular